
Seorang kawan muslimah taat, berjilbab, tak sungkan bersimpuh dan mencium sebuah balok atau lempengan batu tempat tebaringnya tubuh Yesus di Gereja Makam Kudus, di Kota Tua Yerusalem (13/9/2019). Sebuah pemandangan yang cukup mengejutkanku.
Batu persegi panjang yang dicium kawan, yang sangat aktif dan atraktif menyuarakan semangat keadilan dan kesetaraan gender dari perspektif Islam ini, adalah penanda sunyi dan suci yang diyakini umat Kristen arus utama, Katolik, dan Kristen Ortodok sebagai titik akhir unsur wadak Yesus membumi, setelah sehari sebelumnya disalib. Hari berikutnya, Yesus diimani bangkit menuju surga dan kemudian diperingati sebagai Paskah. Minggu Paskah.
Sehingga, hari pembaringan akhir Yesus di lempengan batu itu dikhidmati sebagai Sabtu Suci. Sedangkan waktu penyaliban dihayati umat Kristen dan Katolik sebagai Jumat Agung.
Buatku, apa yang dilakukan kawan perempuan influencer ini merupakan bentuk “pengkudusan”, rasa hormat yang tinggi, sebagai penghayat Muslim, terhadap rasul Allah, Isa alaihi salam, Yesus.
Belakangan aku pun mafhum, ternyata penghormatan yang sama pernah dilakukan Khalifah Umar bin Khattab yang pada suatu siang mengunjungi gereja yang dibangun pada abad keempat tersebut, ketika Yerusalem jatuh di tangan Islam (637 M).
Masjid Umar Gereja Makam Kudus
Ketika masuk salat Duhur, Uskup Yerusalem sekaligus pimpinan Gereja Makam Kudus menawarkan kepada Umar agar salat di dalam gerejanya. Dengan halus Umar menolak dan memilih salat di luar gereja.
Ternyata, ada maksud mulia dari tindakan Umar ini. Dikisahkan, Umar mengatakan kira-kira begini, “Jika aku salat di gereja, kelak umat Islam akan berkata bahwa di sini Umar bin Khattab pernah salat, sehingga di kemudian hari mereka akan mengubah gereja ini menjadi masjid.”
Di lokasi khalifah kedua salat itulah kemudian dibangun Masjid Umar. Hingga kini kedua rumah ibadah itu berdiri berdampingan. Simbol keberagaman dan perdamaian, justru di kawasan yang sampai sekarang bergolak konflik dan kekerasan panjang Israel-Palestina.
Aku tidak tahu maksud sebetulnya di balik laku kawan muslimah yang penuh khusyu’ memasuki Gereja Makam Kudus dan bersimpuh mencium balok batu pembaringan Yesus, kecuali kemuliaannya yang tampak olehku: ketulusan semangat toleransi.
Selamat memperingati dan mengkhidmati Paskah, semoga di tengah musibah Covid-19 kasih Kristus membangkitkan umat manusia untuk terus bersama-sama mendamaikan bumi. []