Kebinekaan Indonesia tak berhenti menghadapi berbagai ancaman. Daftar kasus intoleransi dan diskriminasi di masa pandemi terus bertambah dan meluas.
Jika selama ini yang banyak mendapat penolakan adalah pendirian rumah ibadah, membangun rumah pendeta di Aceh Singkil pun kini dipersulit. Mereka harus terlebih dahulu mengantongi izin dengan mengikuti Qanun Pendirian Rumah Ibadah Tahun 2016 yang persyaratannya sangat restriktif.
Dua sekolah negeri di Bengkulu tahun ajaran 2020-2021 berubah menjadi sekolah bernuansa agama (Islam). Sementara, kasus-kasus pelarangan beribadah tidak hanya terjadi di wilayah Jawa Barat. Seorang warga Kristen di Mojokerto, Jawa Timur, dilarang menjadikan rumahnya untuk aktivitas doa bersama di masa pandemi. Makam-makam Tionghoa di Cirebon dibongkar dan digusur, sedangkan pembangunan batu satangtung untuk makam sesepuh agama Sunda Wiwitan di Kuningan, Jawa Barat, juga sempat dilarang dan disegel, dan masih banyak kasus lainnya.
Terhadap seluruh realitas kebinekaan yang mencemaskan tersebut, mendesak sekali untuk membangun kesadaran dan perspektif toleransi agar warga Indonesia dari kelompok rentan yang semakin berat mengalami dampak pandemi Covid-19 tidak terdesak lagi karena menjadi korban kebencian dan kekerasan berbasis agama atau keyakinan, etnis ataupun gender.
Karena itu, Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (SEJUK) sangat mengapresiasi kawan-kawan muda pers mahasiswa yang memberikan perhatian pada bagaimana menghidupkan semangat toleransi dengan mendaftarkan diri untuk terlibat aktif dalam workshop jurnalisme keberagaman.
Untuk penyelenggaraan workshop, SEJUK memutuskan mengubah dari rencana awal secara offline menjadi kegiatan online karena mempertimbangkan aspek kesehatan banyak pihak yang akan terlibat di dalamnya, mengingat jumlah kasus Covid-19 di Indonesia terus bertambah.
Berikut adalah nama-nama peserta yang lolos mengikuti Workshop Pers Mahasiswa: Jurnalisme Keberagaman Era Pandemi di Banyuwangi yang digelar 6-16 November 2020
- Adzka Haniina Albarri, Al-Millah IAIN Ponorogo
- Sulistia Muarifa, Edukasi UIN Sunan Ampel Surabaya
- Adil Adam Irsyadi, Solidaritas UIN Sunan Ampel Surabaya
- Ariza Qanita, Al-Maslahah UIN Sunan Ampel Surabaya
- Mohamad Nur Kholiq, Nawaksara Universitas Airlangga Surabaya
- Natasya Pazha Denanda, Dimensi IAIN Tulungagung
- Vick Ainun Haq, Unipdu, Universitas Pesantren Tinggi Darul ‘Ulum, Jombang
- Rio Yulio Kurniawan, Inovasi UIN Malang
- Intan Setyani, Spektrum IAI Sunan Giri Bojonegoro
- Wahyu Alfy Lutfihyanto, Inovasi Universitas Sam Ratulangi Manado
- Windy Aprilya Pangastutik, PARADIGMA IAIN Kudus
- Fia Maulidia, Justisia UIN Walisongo Semarang
- Nisrina Khairunnisa, Justisia, UIN Walisongo Semarang
- Ahmad Zamzami, IDEA PERS, UIN Walisongo Semarang
- Lyly Mellya Rahman, Locus IAIN Surakarta
- Lulun Safira Nurzilla, Motivasi FKIP UNS Surakarta
- Azizah, LPM Al Mizan IAIN Pekalongan
- Atin Nurul Hidayah, OBSESI IAIN Purwokerto
- Anisa Nurfauziah, SUAKA UIN Sunan Gunung Djati Bandung
- Nuzulia Nur Rahma, LPM Journoliberta, UIN Jakarta
Kegiatan workshop pers mahasiswa SEJUK secara rutin dilakukan 3 kali dalam setiap tahunnya sejak 2010. Tetapi karena pandemi, tahun ini hanya digelar 2 kali. Untuk para pendaftar yang belum beruntung bisa mendaftar ulang di kegiatan berikutnya pada kalender program 2021.
Bagi para peserta yang lolos sila mengkonfirmasi keikutsertaannya dalam workshop persma SEJUK ke panitia.
Dalam proses workshop peserta akan membuat karya jurnalistik sebagai syarat kelulusan dan untuk mendapatkan honorarium sebesar Rp 1.500.000.
Penyelenggaraan workshop ini kerja sama SEJUK dengan Friedrich-Naumann-Stiftung für die Freiheit (FNF) dan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.
Kontak panitia: Lidya (SEJUK: +62 853 3149 0088)
IG: kabarsejuk | Twitter: @KabarSEJUK | Fanpage: Kabar SEJUK | FB: Sejuk | Website: Sejuk.org | YouTube: Kabar Sejuk | Podcast: Rujuk