Sabtu, Juli 12, 2025
  • Login
SUBSCRIBE
SEJUK
No Result
View All Result
  • Isu
    • Agama
    • Disabilitas
    • Gender dan Seksual
    • Etnis
  • Liputan Kolaborasi
    • 2023
    • 2022
    • 2021
    • <2020
  • Panduan Jurnalis
  • Kontributor
  • English
  • Agenda
  • Galeri
  • Isu
    • Agama
    • Disabilitas
    • Gender dan Seksual
    • Etnis
  • Liputan Kolaborasi
    • 2023
    • 2022
    • 2021
    • <2020
  • Panduan Jurnalis
  • Kontributor
  • English
  • Agenda
  • Galeri
No Result
View All Result
SEJUK
No Result
View All Result
Home Uncategorized

Salat, Waria Pakai Sarung atau Mukena?

by Redaksi
17/05/2015
in Uncategorized
Reading Time: 1min read
Salat, Waria Pakai Sarung atau Mukena?
Share on FacebookShare on Twitter

TEMPO.CO, Yogyakarta – Pondok Pesantren Waria Al-Fatah, Yogyakarta, menggelar diskusi terbuka untuk memperingati Isra Mi’raj Nabi Muhammad, Sabtu sore, 16 Mei 2015. Diskusi itu mengkaji sah atau tidak salat seorang waria dengan pembicara agamawan, akademikus, dan peneliti.

Ketua Pondok Pesantren Al-Fatah Sinta Ratri mengatakan ada 40 waria yang menjadi santri di Al-Fatah. Selama ini, waria bebas menjadi laki-laki atau perempuan saat salat. Delapan orang memilih memakai mukena dan sisanya memakai sarung. “Terserah nyamannya pakai apa, karena dari nyaman itu ibadah bisa khusyuk,” kata Sinta membuka diskusi.

Diskusi itu berlangsung sederhana di rumah Sinta. Para pembicara duduk di lantai beranda rumah, peserta duduk lesehan di halaman.

Di rumah inilah pesantren berkantor dan menjalankan aktivitasnya sejak 2014. Pesantren Waria Al-Fatah sebenarnya berdiri sejak 2008 di Notoyudan, Yogyakarta. Namun setelah Maryani-ketua pesantren saat itu-meninggal Maret 2014, kegiatan pesantren pindah ke rumah Sinta di Kotagede.

Pengasuh Pesantren Nurul Ummahat Kotagede Kiai Abdul Muhaimin mengatakan tak banyak agamawan dan akademikus yang membedah tema ini karena materi ini memunculkan perdebatan panjang. Namun, Muhaimin mengatakan, sah atau tidaknya salat seorang waria tak cukup dinilai dari sisi syarat formal. Semisal perdebatan tentang jenis kelamin. “Kalau dari fikih saja kayaknya tidak akan pernah ketemu,” kata kiai yang juga menjadi pembina pesantren Al-Fatah itu.

Menurut Muhaimin, perlu tinjauan spiritualitas dalam memandang sah atau tidaknya salat waria. Isra Mi’raj, perjalanan spiritualitas Nabi, bisa menjadi contoh ibadah tak sekadar urusan fisik. Salat pada dasarnya adalah Mi’raj muslim berjumpa tuhan. Sehingga kualitas salat seseorang, selain bergantung pada spiritualitasnya, juga dari hasil setelah menjalankannya.

“Kalau sudah Allahu Akbar mestinya menebarkan damai,” kata Muhaimin. “Bukan malah mengamuk lempar-lempar batu.” [ANANG ZAKARIA]

Tags: Headline
Previous Post

Sahkah Salat Seorang Waria?

Next Post

Terusir, jemaat Ahmadiyah Lombok terpaksa masih di pengungsian

Redaksi

Redaksi

Journalists Association for Diversity (SEJUK) is an organization formed by journalists, activists, and writers to encourage the creation of society, with the support of the mass media, to respects, protects, and maintains diversity as part of the defense of human rights. SEJUK actively promotes perspectives of pluralism, human rights, gender, and diversity of sexuality to revive peaceful journalism. The aim is to spread issues of diversity in religion/belief, ethnicity, gender, and sexual orientation as well as other minority groups.

Related Posts

Ngober: Ngonten Keberagaman

Ngober: Ngonten Keberagaman

28/11/2024
Transgender

DOSA DAN NERAKA BUKAN URUSAN NEGARA: TRANSGENDER ISA ZEGA UMRAH BERJILBAB TIDAK BISA DIPENJARA

26/11/2024
God is Miraculous in Creating LGBT People

Pernyataan Sikap KOMPAKS: Menyikapi Pernyataan Sekretaris Jenderal Dewan Ketahanan Nasional (Wantannas) Bahwa LGBTQ adalah Ancaman Negara

21/11/2024
Gadis Kretek

Review Gadis Kretek: Kisah Cinta Dasiyah Memang Menyedihkan, Namun Peristiwa 1965 yang Menghancurkan Hidupnya

13/11/2023
Next Post
Terusir, jemaat Ahmadiyah Lombok terpaksa masih di pengungsian

Terusir, jemaat Ahmadiyah Lombok terpaksa masih di pengungsian

Please login to join discussion

Terpopuler

  • “Mama, Aku Lesbian dan Aku tetap Putrimu”

    “Mama, Aku Lesbian dan Aku tetap Putrimu”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Gereja Pertama di Indonesia yang Menerima LGBT dengan Terbuka

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memperjuangkan Akses yang Setara untuk Perempuan Disabilitas lewat Anggaran yang Inklusif

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pendidikan Multikultur Kalbar: Siswa Toleran Beda Budaya [1]

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tersingkir dari Keluarga, Tempat Kerja, hingga Pemakamannya: Nasib Transpuan di Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Tentang Kami

Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (SEJUK) didirikan tahun 2008 oleh para jurnalis dari berbagai media mainstream, aktivis hak asasi manusia (HAM), dialog antar-iman dan penulis.

Hubungi Kami

Kontak

Karir

  • Facebook
  • Instagram
  • Twitter
  • TikTok
  • YouTube

Community Guidelines

Kontributor

Pedoman Media Siber

© 2020 Serikat Jurnalis untuk Keberagaman

No Result
View All Result
  • Isu
    • Agama
    • Disabilitas
    • Gender dan Seksual
    • Etnis
  • Liputan Kolaborasi
    • 2023
    • 2022
    • 2021
    • <2020
  • Panduan Jurnalis
  • Kontributor
  • English
  • Agenda
  • Galeri

© 2020 Serikat Jurnalis untuk Keberagaman

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In