Wajah-wajah milenial memamerkan senyum dan tawa ceria menghidupkan bersama-sama semangat kebinekaan melalui media sosial. Pemandangan tersebut terekam dalam Pelatihan VlogIT tentang Keberagaman yang dilaksanakan di aula Kecamatan Singaparna, Tasikmalaya, Jawa Barat, Sabtu lalu (21/10).
Sebagai medium yang dekat dan diminati anak-anak muda yang aktif bermedia sosial, disadari betul para peserta training bahwa vlog menjadi salah satu alat penyebaran informasi dan ide-ide yang sangat efektif sekarang ini. Untuk itulah anak-anak muda di kota 1.000 pesantren berkumpul, belajar membuat vlog keberagaman dalam pelatihan yang dibuka oleh Camat Singaparna yang sekaligus Ketua DPD Sundawani Tasikmalaya Uus Usman S.Pd.
Dalam kesempatan tersebut Doni Sutriana selaku panitia penyelenggara menegaskan, di tengah serbuan informasi jangan sampai anak-anak muda hanya menjadi konsumen di media sosial, tanpa bisa mempengaruhi dengan memproduksi konten-konten positif dalam mengkampanyekan keberagaman. Sebab, satu kali klik, informasi menyebar dalam hitungan detik.
Doni Sutriana tengah menerangkan teknik-teknik pengambilan video dengan kamera handphone
Doni menambahkan bahwa vlogging juga bisa dijadikan sumber mata pencaharian utama. Artinya, di masa sekarang ini, internet memberikan keleluasaan penggunanya untuk mendapatkan apresiasi dari karya-karya yang dihasilkannya.
“Namun perlu diperhatikan, konten yang disebarkan itu harus ramah, tidak menimbulkan perpecahan dan tidak juga bertentangan dengan hukum positif, yang dampaknya akan merugikan diri sendiri dan orang banyak,” tegas Doni mengingatkan.
Pelatihan yang digelar Sabtu pagi sampai sore ini berjalan dengan suasana guyub dan penuh antusias dari para peserta, pemberi materi, dan panitia. Hal itu terbangun berkat kerjasama Sundawani Tasikmalaya dengan Forum Bhinneka Tunggal Ika (FBTI) Tasikmalaya, Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI), Komunitas Pemuda Lintas Iman (KOMPAS Iman) Tasikmalaya, Indonesia Sejahtera (ISRA), Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (SEJUK) dan Solidaritas Korban Tindak Pelanggaran Kebebasan Beragama dan Berkepercayaan (SobatKBB).
Semua pihak turut menyumbang, baik materi, waktu ataupun keahlian. Pola gotong royong inilah yang diharapkan penyelenggra agar menulari para peserta sehingga mereka dapat semakin memperkuat rasa solidaritas di kalangan pelajar Tasikmalaya.
Asep Rizal dan peserta berdialog dalam training Vlog Keberagaman
Vlog untuk Membunyikan Keberagaman dan Kebangsaan
Ketua pelaksana pelatihan Asep Rizal Asy’ari dalam sambutannya menyuntikkan semangat: peserta yang mengikuti training adalah pelajar-pelajar terpilih yang harus dapat berbuat yang terbaik bagi generasinya. Menurut Asep Rizal, mereka – yang terdiri dari 15 perempuan dan 5 laki-laki, yang berasal dari 7 sekolah menegah atas dan sederajat di Tasikmalaya – tidak lain wakil yang dipilih dan diutus sekolah masing-masing.
“Para pelajar yang datang pada hari ini merupakan bagian dari sejarah yang akan menjadi gambaran bagi Tasikmalaya di masa mendatang,” tantang Asep di depan para peserta.
Selain untuk memberikan pemahaman dan keterampilan tentang pembuatan vlog, pelatihan ini bertujuan untuk mengkampanyekan pentingnya toleransi dan keberagaman di Tasikmalaya. Mereka dituntun para fasilitator untuk memproduksi vlog yang mengandung nilai-nilai luhur tersebut. Sehingga, para remaja dapat mengambil perannya untuk menjadi perekat dan pemersatu bangsa.
Jadi, dalam training ini selain membahas teknik video dengan handphone juga dibahas soal konten yang fokus dalam merayakan perbedaan dan perjumpaan. Ini menjadi tujuan terpenting penyelenggara agar siswa-siswi yang terlibat dapat berkarya dan menyumbangkan nuansa-nuansa damai di Tasikmalaya.
Dua peserta training mempraktekkan pembuatan vlog dengan kamera handphone
Sindy Aditya Ningsih, salah seorang fasilitator, melakukan mentoring pada sesi praktek
Kampanye Keberagaman di Sekolah sebagai Strategi Lanjutan
Tidak ketinggalan Sekretaris Nasional SobatKBB Firdaus Mubarik turut memompa gairah para peserta.
“Anak SMA itu bisa berkarya. Kita harus meyakinkan kepada masyarakat bahwa di Tasikmalaya semua yang berbeda diterima dengan lapang dada,” ajak Firdaus.
Gayung pun bersambut. Apa yang disorongkan Firdaus mendapat respon dari siswi SMKN 2 Tasikmalaya, Nukila Ghaida Fatin
“Keragaman muncul dari perbedaan. Namun perbedaan itu bukan alasan untuk terpecah dan bermusuhan,” kata Nukila Ghaida menyampaikan pandangan toleransi di tengah rekan sebayanya.
Para penyelenggara mendesain kegiatan tidak berhenti pada pelatihan kali itu saja. Tahap selanjutnya, setelah acara training para siswa akan saling mengunjungi satu persatu sekolah untuk bertukar cerita dan produksi-produksi video mereka. Ini akan ditempuh panitia bersama agar kemudian makin banyak siswa lain yang terlibat, juga memperkuat komunikasi di antara para siswa.
Namun begitu, baru dua-tiga hari training, tantangan berdatangan ke penyelenggara.
“Beberapa sekolah di Tasikmalaya mengundang kami, para trainer kemarin, agar menggelar pelatihan di tiap-tiap sekolah mereka,” ungkap Asep Rizal dari Sundawani saat dihubungi sore tadi (25/10).
Semoga harapan akan perdamaian yang penuh penghargaan dalam perbedaan dapat lebih hidup dan berkembang dari pundak-pundak milenial di Tasikmalaya.
Laporan dibuat: Firmansyah SobatKBB
Sumber: http://sobatkbb.org/traninig-vlog-tasikmalaya/