Semua media massa memberitakan Negara Islam Indonesia (NII). Demikianpun media cetak. Dari media mainstream seperti Rakyat Merdeka, Indopos, Republika, Media Indonesia, Kompas, Koran Tempo, sampai majalah Gatra dan Tempo memberitakan NII. Layaknya orkestrasi, sepanjang bulan Mei 2011 perhatian media cetak tertuju kepada kasus radikalisme agama yang melibatkan gerakan bawah tanah NII. Nada yang dimainkanpun seragam: mengutuk NII dengan menuntut pemerintah segera mengusut tuntas dan menegakkan kedaulatan negara. Deradikalisasi menjadi perbincangan yang emosional dari berbagai kalangan.
Pemberitaan NII bulan ini sejatinya turunan dari keterkaitan kasus yang mencuat pada bulan April: teror bom buku yang dialamatkan kepada beberapa orang; rangkaian paket di berbagai tempat yang diduga bom; bom Cirebon di Masjid Ad-Dzikra; penemuan bom yang diletakkan di sebuah pipa gas di wilayah Serpong; dan juga dugaan penculikan dan penipuan yang dilakukan oleh NII KW IX.
Negara ini seperti kecolongan. Akibatnya, semua elemen bangsa angkat bicara. Warga masyarakat, tokoh masyarakat, tokoh agama, akademisi, elit politik, partai politik, dan pemerintah mengecam gerakan radikalisme NII yang disinyalir bukan saja merekrut dan menculik dengan cara brainwashing pelajar-pelajar sampai tingkat kuliah dan kalangan pegawai negeri sipil (PNS), tetapi