Peace and Diversity without Justice is an Illusion. Demikian tertulis di aspal jalanan seberang Istana Merdeka. Sebuah karya seni jalanan yang dibuat Andi (akun twitter @rharharha), mahasiswa Institut Kesenian Jakarta (IKJ), ikut menggambarkan kebatinan peringatan Hari Raya Kenaikan Isa Almasih oleh jemaat GKI Yasmin Bogor dan HKBP Filadelfia Bekasi.
Sekitar 150 orang jemaat dari dua gereja, GKI Yasmin dan HKBP Filadelfia, kembali terpaksa beribadah di seberang Istana Merdeka Jakarta. Ibadah Peringatan Hari Raya Kenaikan Isa Almasih ini dilayani oleh 8 orang pendeta. Para pendeta itu adalah Pendeta Palti Panjaitan dari HKBP Filadelfia, Pendeta Benget Tambunan dari Gereja Kristen Indonesia Ampera Jakarta Selatan, Pendeta Roy Simanjuntak (HKBP), Pendeta Dapot Siregar (HKBP), Pendeta Boas Tarigan dari Gereja Kristen Indonesia (GKI) Depok, Pendeta Sapta Baralaska (Gereja Sahabat Indonesia) serta Pendeta Huburyanti Marbun (HKBP).
Pelayanan Firman dibawakan oleh Pendeta Benget Tambunan dari Gereja Kristen Indonesia (GKI) Ampera Jakarta Selatan. Dalam khotbahnya, Pendeta Benget Tambunan mengingatkan jemaat untuk terus berjuang, sebagaimana Yesus, yang diimani naik ke Surga, yang juga terus berjuang melawan ketidakbenaran dan ketidakadilan didunia.
“Kekuasaan cenderung disalahgunakan. Kekuasaan yang absolut makin kuat pula kecenderungannya untuk disalahgunakan, korup. Gereja GKI Yasmin dan HKBP Filadelfia hadir setiap dua minggu di seberang Istana Merdeka ini untuk menjadi kontrol terhadap pemerintahan yang korup, yang mengakibatkan jatuhnya korban warga negara, ketika pemerintah tidak lagi mengikuti Konstitusi negara”, kata Benget Tambunan dalam khotbahnya.
Ibadah Hari Raya ini disemarakkan dengan iringan musik tiup yang dimainkan oleh The North Sumatera Brass, yang beranggotakan mahasiswa-mahasiswa asal Sumatera Utara, Kupang dan Maluku dari Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta. Seluruh lagu dalam liturgi ibadah dinyanyikan dengan iringan beberapa jenis alat musik tiup, termasuk lagu Indonesia Raya yang selalu dinyanyikan jemaat usai peribadatan.
“Jangan menyerah, jangan terbuai oleh apapun, termasuk oleh kekuatan uang. Jangan terhisap pada pemerintahan yang korup, tetapi teruslah berjuang bersama menegakkan keadilan”, Pendeta Benget Tambunan kembali mengajak para jemaat.
Sebagaimana diketahui, sampai saat ini putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap, tidak juga dilaksanakan oleh Bupati Bekasi dalam kasus HKBP Filadelfia dan Wali Kota Bogor dalam kasus GKI Yasmin. Pembangkangan hukum yang dilakukan selama bertahun-tahun oleh kedua pemerintah daerah itu didiamkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Tidak ada keinginan menegakkan hukum dan Konstitusi negara.
“Proses politik seakan tidak berkorelasi dengan kehidupan warga negara Indonesia di Jemaat HKBP Filadelfia dan GKI Yasmin. Pemerintahan daerah berganti, diskriminasi berlanjut terus. Hingga akhir masa jabatan, Presiden SBY pun bertahun-tahun abai terhadap pembangkangan hukum yang terjadi di Bekasi dan Bogor”, kata Bona Sigalingging, Juru Bicara GKI Yasmin Bogor. (Sumber berita: Bona Sigalingging)