(Foto Dok. SEJUK)
Ketua Pengurus Cabang Nahdatul Ulama Bogor KH. Romdon M.Ag. MH menyatakan bahwa pentingnya ada ideologi bersama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia yang rakyatnya terdiri dari berbagai macam suku, agama dan ras. Ideologi tersebut adalah Pancasila.
“Tidak mungkin ada Indonesia kalau tidak ada Islam, Hindu, Buddha, dan lainnya. Maka, meneladani Nabi Muhammad dalam mengelola perbedaan menjadi sangat penting. Sebagaimana yang Beliau lakukan di Madinah dengan membuat kesepakatan hidup bersama di tengah masyarakat yang beragam yang dikenal dengan Piagam Madinah,” ujar Romdon yang menjadi salah seorang narasumber dalam seri Pengajian Sejuk di depan ratusan mahasiswa pada Kamis malam (30/11/2017) di Fakultas Ekonomi dan Managemen Institute Pertanian Bogor (IPB).
Dalam Pengajian Sejuk yang bertema Sang Pelita Perdamaian: Teladan Toleransi dari Nabi Muhammad SAW dalam rangka memperingati Maulid Nabi, Romdon menyampaikan ajakan kepada para peserta bahwa sebagai bangsa yang besar, kita patut bersyukur hidup di Indonesia yang beragam. Karena di dalam Islam sendiri, perbedaan dan keberagaman adalah keniscayaan.
“Keberagaman itu adalah bentuk kebesaran Allah SWT. Sehingga, salah satu dari inti ajaran Islam adalah hidup bersama walaupun berbeda,” sambung Romdon dalam diskusi yang digelar Aliansi Kebinekaan secara rutin di kampus-kampus untuk melibatkan generasi muda dalam diskursus keagamaan yang lebih kritis dan terbuka.
Sementara menurut narasumber lainnya, KH. Ahmad Ikrom, SH.I, Dosen Universitas Nahdatul Ulama Jakarta menengatakan bahwa akhir-akhir ini banyak kekerasan atas nama agama. Ajaran teladan dari leluhur tentang hidup saling mengasihi dan bekerjasama sudah ditinggalkan.
Rasulallah ketika disakiti dan dicaci maki, Beliau memilih untuk tidak membalasnya. Beliau mengatakan, “Aku diutus di muka bumi bukan untuk melaknat atau mencaci maki, tetapi untuk menyempurnakan akhlak manusia”.
“Di antara akhlak yang sempurna adalah akhlak mengasihi sesama,” Ikrom menegaskan.
Baginya, orang Islam yang baik itu harus mengimani semua kitab-kitab yang diturunkan oleh Allah SWT, bukan justru mencaci makinya.
“Bagaimana dapat mengenal ajaran agama lain, jika mempelajari al-Qur’an saja masih sepotong-sepotong tidak sampai pada asbabun nuzulnya,” kata Ikrom.
Sementara menurut Dodi, Kapolsek Kecamatan Dramaga, Kabuoaten Bogor, model pengajian dengan menggali keteladanan nilai-nilai kedamaian yang dihidupkan oleh Rasullloah sangat baik sekali di tengah menguatnya radikalisme di kalangan anak muda yang masih mencari jati diri yang tanpa disadari telah mempengaharuinya. [Rifah Zainani]