Ketika ada peristiwa yang menimpa LGBT dan pemberitaan di media ramai bahkan menyudutkan, Pemimpin Redaksi Tempo.co Wahyu Dhyatmika memberi masukan agar komunitas LGBT membuat press release sebagai bentuk koreksi dan pemecah berita yang dianggap salah.
“Press release mungkin dapat diberikan sebagai fakta penguatan dan tanggapan akan berita yang sudah beredar,” usul pria yang akrab disapa Komang pada saat beberapa komunitas LGBT berkunjung dan diskusi seputar pemberitaan media pada isu keberagaman gender dan seksual (11/1) di Gedung Tempo, Palmerah Barat, Jakarta.
Komang meyakinkan kepada komunitas LGBT bahwa Tempo sangat terbuka untuk dikoreksi dan dengan senang hati mendukung hal-hal baik dan memihak hak-hak warga yang dijamin konstitusi.
“Tempo melawan bentuk-bentuk diskriminasi,” ujarnya.
Menurutnya agenda setting tidak mungkin tidak memberitakan peristiwa yang menjadi perbincangan masyarakat, karena tugas media melayani kebutuhan publik pada informasi. Maka, sambung Sekjen Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) ini, fungsi komunitas, para pendamping ataupun masyarakat sipil adalah memberikan framing pemberitaan yang membela hak-hak LGBT.
Apa yang disampaikan Komang merupakan respon atas hal-hal yang selama ini disayangkan oleh komunitas lantaran, ungkap Ryan dari Arus Pelangi, pemberitaan media hanya menggelorakan stigma dari pihak-pihak yang membenci dengan menganggap LGBT sebagai menentang agama, berdosa dan musuh negara (proxy war). Media tidak memverifikasi fakta-fakta ilmiah, medis dan norma hukum yang berlaku, seperti konstitusi dan instrumen hukum internasional lainnya, yang menyatakan bahwa LGBT bukan penyakit, tidak menyimpang dan warga negara yang punya hak setara di hadapan hukum.
Untuk itulah Kevin Halim dari Gaya Warna Lentera Indonesia (GWL Ina) menganggap media tidak cukup memberitakan secara netral mengutip pejabat dan narasumber-narasumber yang membenci LGBT.
“Agar menghentikan kebencian masyarakat kepada LGBT, media mestinya tidak cukup berposisi netral dengan mengutip pejabat yang menolak LGBT, media juga harus ikut mengedukasi publik,” pungkas Kevin.