“Peace Train Indonesia kali ini membawa dua misi. Pertama, ajang bagi generasi muda dalam peran sertanya merawat kebinekaan dan perdamaian di era pandemi, dan kedua, kampanye hidup sehat di era new normal dengan selalu mematuhi protokol kesehatan yang diatur oleh pemerintah,” tutur Direktur Indonesian Conference on Religion and Peace (ICRP) Pdt. Frangky Tampubolon Jumat sore (25/1) di stasiun Pasar Senen, Jakarta, saat bersama para peserta peace train yang hendak berangkat ke Temangggung, Jawa Tengah.
Menurut penggagas Peace Train Indonesia (PTI) ini kebinekaan perlu dirawat, terlebih lagi dalam situasi pandemi ketika media sosial dan kehidupan sehari-hari tak pernah sepi dari intoleransi. Orang muda, lanjut Frangky, memiliki peran penting dalam proses mewarisi dan menghidupkan semangat toleransi yang sejatinya telah mengakar di nusantara.
Salah satu peserta dari Pontianak, Kalimantan Barat, Wildan Mubaraak mengatakan tujuan mengikuti PTI untuk lebih dekat dengan masyarakat dan belajar bersama di sana.
“Saya ingin belajar bersama terutama suku, agama dan budaya serta berbaur dengan masyarakat lokal di tempat tujuan,” kata Wildan dari Perkumpulan Pemuda Satu dalam Perbedaan (SADAP) Indonesia.
PTI dengan tujuan Temanggung ini adalah gelaran yang kesebelas. Laurentinus, peserta dari Tomohon mengatakan kegiatan PTI ini diharapkan menjadi wadah berjumpa dengan teman baru dari berbagai latar belakang.
“Saya akan membawa nilai perdamaian ke Tomohon dan membagikannya dengan teman-teman di daerah saya,” ujar Laurentinus dari Forum Pemuda Lintas Agama (PELITA) Tomohon..
Tempat-tempat yang akan dikunjungi dalam Peace Train 11 Jakarta-Temanggung antara lain; Dusun Krecek, Pimpinan Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Temanggung, Gereja Santo Petrus Paulus, Klenteng, Kalisat (Sapto Dharmo), Pabrik Radio Kayu Magno dan Sepeda Bambu, Situs Liyangan, Kandang Jaran, RuMAH KiTA, dan lain-lain.
Selama kegiatan berlangsung, para peserta akan berproses untuk saling belajar, bekerja bersama, mengelola perbedaan, berkampanye, dan menuliskan pengalaman perjumpaan. Program ini diorientasikan untuk menjadi program reguler sehingga akan mengeksplorasi sebanyak mungkin kota di Indonesia yang bisa dijangkau lewat kereta, dan melibatkan sebanyak mungkin komunitas muda lintas agama.
Tahun baru 2021 adalah momentum yang tepat bagi generasi milenial Indonesia untuk menguatkan kembali kerukunan beragama, kekuatan keberagaman, dan perdamaian. Peace Train adalah salah satu sarana untuk mewujudkannya melalui pengalaman bertoleransi yang nyata.
Penggagas PTI lainnya, Ahmad Nurcholish menambahkan bahwa di era pandemi Covid-19 kelompok-kelompok intoleran-radikal tak pernah berhenti dalam beraksi. Karenanya perlu counter dan penyeimbang dari kelompok-kelompok toleran yang tak boleh abai dan diam, demi merawat kebinekaan dan terus berupaya mewujudkan perdamaian.
“Ikhtiar-ikhtiar merawat kebinekaan tidak boleh berhenti dilakukan. Di era pandemi pun hal tersebut harus tetap diprioritaskan. Karena dari situlah upaya membangun perdamaian tak sulit untuk diwujudkan,” tandas deputi direktur ICRP Ahmad Nurcholish.
PTI adalah program travelling lintas iman dengan menggunakan kereta api, menuju ke satu kota yang telah ditentukan. Anak-anak muda dari berbagai agama dan kepercayaan akan berjalan bersama mengunjungi komunitas agama-agama, komunitas penggerak perdamaian, rumah-rumah ibadah, dan tokoh-tokoh yang dianggap sebagai aktor penting toleransi dan perdamaian antar agama.
Program ini digagas oleh empat orang aktivis lintas iman, yakni: Anick HT, Frangky Tampubolon, Ahmad Nurcholish, dan Destya Nawriz. Sejak tahun 2017, Peace Train Indonesia telah melaksanakan perjalanan untuk kebinekaan dan perdamaian hingga 10 kali trip. Pada Januari 2021 ini merupakan trip ke-11.
Peace Train Indonesia 11 rute Jakarta-Temanggung diselenggarakan ICRP pada Jumat, 15 Januari 2021 s/d Minggu, 17 Januari 2021. Setelah melalui rapid test, para peserta Jumat sore (15/1) dilepas di Stasiun Pasar Senen. Kegiatan ini diikuti 15 peserta dari berbagai latar belakang agama yang dikoordinasi oleh Manajer Program ICRP Isa Oktaviani. Kelimabelas peserta tersebut berasal dari area Jakarta, Tangerang, Tangerang Selatan (Banten), Pontianak (Kalbar), Tomohon (Sulut), Madura (Jatim), Magelang, Salatiga (Jateng), Yogyakarta, Bandung (Jabar), dan Temanggung (Jateng).
Pandemi Covid-19 masih berjalan, tapi kegiatan (ikhtiar) merawat kebinekaan dan perdamaian jangan sampai berhenti. Aktivitas mengelola kebinekaan dan upaya mewujudkan perdamaian tentu menjadi hal yang penting di masa pandemi ini. Masyarakat masih bisa beraktivitas dengan protokol kesehatan yang ketat yakni menggunakan masker, menjaga jarak dan secara rutin memakai hand sanitizer. Satgas Covid-19 Indonesia mengizinkan masyarakat beraktivitas dengan syarat masyarakat harus menjalankan protokol kesehatan yang tepat.
Peace Train Indonesia 11 Jakarta – Temanggung diselenggarakan oleh Indonesian Conference on Religion and Peace (ICRP) yang mendapatkan dukungan dari The Network for Religious and Traditional Peacemaker dan European Union. ICRP juga bekerjasama dengan lembaga mitra, antara lain: Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI), Persatuan Sekolah Perempuan Perdamaian, GusDurian, Sekolah Tinggi Agama Buddha Syailendra, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU), Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU), Komunitas Keberagaman Peace Leader Indonesia, Orang Muda Katolik (OMK) Temanggung, Wisata Kreatif Jakarta, AMAN Indonesia, dan Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia (PERADAH), Forum Pemuda Lintas Agama (PELITA) Tomohon.
Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (SEJUK), Buddhazine, dan Santika FM menjadi media partner dalam program ini.[]