Diskriminasi pemerintah Kabupaten Kuningan terhadap komunitas transpuan semakin tampak di saat pandemi. Meskipun warga transpuan Kuningan secara umum mempunyai KTP, karena mayoritas lahir dan tinggal di wilayah yang berada di kaki gunung Ciremai ini, tetapi mereka yang tergabung dalam Srikandi Panyawangan belum pernah sekalipun mendapat bantuan dampak Covid-19 dari pemerintah setempat.
“Alhamdulillah… sampai saat ini belum ada bantuan respon Covid-19 dari pemerintah ke kami,” sindir Ketua Umum Srikandi Panyawangan, Kuningan, Kenny Misnain kepada pemerintah atas diskriminasi yang dialami komunitasnya (23/1).
Srikandi Panyawangan tidak sendirian. Diskriminasi juga mendera masyarakat Adat Karuhun Urang (AKUR) Sunda Wiwitan dan jemaat Ahmadiyah Manislor. Ketiga komunitas ini mengalami diskriminasi dari pemerintah Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, dan intoleransi dari kelompok-kelompok yang tidak mampu menghargai kebinekaan. Selama pandemi, warga AKUR Sunda Wiwitan menanggung diskriminasi bertubi-tubi.
Ketiga komunitas tersebut memberi kesaksian di hadapan 8 jurnalis perempuan dan 12 jurnalis laki-laki. Dalam kesempatan yang sama, kalangan jurnalis ini mendiskusikan prinsip-prinsip jurnalisme keberagaman bersama para narasumber Training & Story Grant “Jurnalisme Keberagaman Ciptakan Media Inklusif untuk Semua di Jawa Barat,” yang digelar Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (SEJUK) di Cirebon 22-24 Januari 2021.
Narasumber yang terlibat dalam proses training dan coaching: Saidiman Ahmad, Program Manager Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC); Daniel Awigra, Deputy Director Human Rights Working Group (HRWG); Dr. Dewi Candraningrum, pengelola studio Jejer Wadon Art Space, Boyolali, Jawa Tengah; Ahmad Junaidi, Direktur SEJUK dan editor The Jakarta Post; dan Budhi Kurniawan, executive producer Kompas TV.
Pentingnya Memberitakan Isu Keberagaman
“Pemberitaan isu-isu perempuan dan keberagaman seksual harus bertujuan emansipasi dan mendorong perubahan sosial, dengan memberikan ruang atau suara pada liyan,” kata Dewi Candraningrum, feminis, pelukis, dan dosen Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) yang pernah menjadi Pemimpin Redaksi Jurnal Perempuan.
Salah satu pendiri SEJUK Budhi Kurniawan ikut menegaskan, dalam meliput isu-isu keberagaman, maka jurnalis harus berpihak pada nilai, seperti kemanusiaan, toleransi, HAM, dan seterusnya. Karena itu pemilihan diksi dan narasumber dalam liputan sangat menentukan keberpihakan jurnalis.
Training yang diikuti 20 jurnalis dari Cirebon, Kuningan, Majalengka, Indramayu, Bandung, Garut, dan Bekasi ini dilakukan dengan protokol kesehatan yang sangat ketat, yang hanya melibatkan peserta, narasumber, dan panitia dengan rapid test antigen negatif. Seluruh kegiatan training dan story grant ini ditaja Norwegian Embassy.
Jurnalis Harian Ekonomi Neraca Nunung Khazanah berbagi sukacita lantaran mendapat kesempatan berproses bersama dalam kegiatan tiga hari di Cirebon bersama SEJUK. Ia mengaku telah mendapat informasi tentang keberagaman yang sangat kaya. Sebab, menurutnya, selain belajar banyak isu dan perspektif keberagaman yang berdasarkan prinsip kemanusiaan, ia juga merasa semakin terbuka pikirannya tentang cara-cara menuliskan semua itu ke depannya.
“Setelah mengikuti workshop ini wawasan saya bertambah dan diharapkan tulisan-tulisan yang akan dituangkan lebih berpihak kepada kaum minoritas,” ujar Nunung yang wilayah liputannya di Kuningan dan sekitarnya.
Peraih Story Grant Jurnalisme Keberagaman
Dari proses coaching proposal liputan para peserta training, mentor dan coach story grant Jurnalisme Keberagaman yang terdiri dari Dewi Candraningrum, Budhi Kurniawan, dan Yuni Pulungan (Manajer Kampanye SEJUK) memilih:
- Dhea Amellia, Jabarnews.com: Transpuan di Usia Senja
- Arif Rohidin, Cirebonbagus.id: Hidup Damai Kampung Toleransi
- Muhamad Syahri Romdhon, Kompas.com: Sunda Wiwitan Perjuangkan Status dan Hak sebagai Warga Adat
- Tati Purnawati, Kabar Cirebon dan Pikiran Rakyat: Kekerasan Seksual terhadap Anak Jalanan Majalengka
- Erika Lia Lestari, Ayocirebon.com: Tantangan Zaman Tarling dan Perempuan
- Abdullah Fikri Ashri, KOMPAS: Senandung Harmoni di Kota Wali: Potret Kelompok Musik Pat Im Langgeng
- Wildan Ibnu Walid, IDN Times: Kaum Muda Tionghoa Membangun Jembatan Harmoni
- Nunung Khazanah, NERACA: Kekerasan terhadap Perempuan dalam Bingkai Anggaran Responsif Gender
Para peraih story grant mendapatkan masing-masing Rp 7.000.000 untuk meneruskan proposal liputannya. Proses story grant, beasiswa terbatas peliputan keberagaman untuk jurnalis Jawa Barat kali ini, waktunya satu bulan dimulai sejak pengumuman hari ini. Bagi para peserta yang belum mendapat kesempatan, semoga lolos di story grant SEJUK Jawa Barat berikutnya atau program Diversity Award tahun 2021.[]