Peristiwa pelanggaran kebebasan beragama dan berkeyakinan di tahun 2020 tersebar di 29 provinsi di Indonesia. Sumatera Barat menempati 10 besar provinsi dengan tingkat diskriminasi dan intoleransi yang tinggi. Laporan tentang Kondisi Kebebasan Beragama atau Berkeyakinan di Indonesia Tahun 2020 tersebut dirilis SETARA Institute (6/4, 2021).
Padahal, jika menilik sejarah, Sumatera Barat melahirkan tokoh-tokoh pergerakan seperti Soetan Sjahrir, Tan Malaka, Roehana Koeddoes, Rasuna Said, Bung Hatta, dan lainnya yang mencita-citakan masyarakat merdeka dan setara. Sejak sebelum Indonesia merdeka, banyak sarjana, intelektual, seniman dan penyair atau sastrawan cemerlang berasal dari Sumatera Barat yang meninggikan keadilan, persamaan hak, dan menggugat kesewenang-wenangan.
Tekad tersebut dibarengi dengan kesadaran agar seluruh elemen masyarakat bersatu demi kepentingan bangsa. Elan yang mereka nyalakan melampui identitas etnis dan agama, menafikan ego dan sentimen kelompoknya masing-masing.
Semangat para pendahulu tersebut menjadi sangat relevan bagi generasi muda saat ini. Sayangnya, nilai-nilai universal yang diusung para pejuang kemerdekaan belum banyak berbunyi dalam perdebatan SKB dan DIM beberapa bulan terakhir. Sebaliknya, polarisasi kian menguat karena mengedepankan politik identitas yang di era digital sangat mudah viral. Sebab, algoritma seputar sentimen keyakinan menjadi salah satu penyumbang haox atau disinformasi paling besar di Indonesia.
Penyebaran dan perluasan pandangan dan sikap intoleran, jauh dari rasa adil, terhadap kelompok-kelompok marginal di Sumatera Barat kini semakin cepat oleh digitalisasi industri media. Sehingga, pengelolaan keberagaman di Sumatera Barat tengah menjadi tantangan tersendiri yang membutuhkan perhatian banyak pihak yang percaya kepada besarnya pengaruh media bagi cara pandang setiap orang.

Keterlibatan orang muda mengampanyekan keberagaman
Memang, problem digital bukan khas Sumatera Barat, tetapi menjadi tren global sejak abad 21. Berita dan unggahan sensasional yang mengejar viral, baik di media mainstream maupun media sosial, adalah fakta yang tidak terbantahkan. Banyak beredar framing dan tone pemberitaan isu keberagaman yang bias dengan sentimen identitas tertentu yang tampak kian vulgar.
Di sisi lain, keterpaparan orang muda terhadap media sosial yang sangat tinggi menjadi tantangan tersendiri bagi kecenderungan pandangan keberagaman. GlobalWebIndex (2019) merilis Indonesia sebagai pengguna media sosial paling banyak (urutan kedelapan) dari seluruh negara di dunia. Usia 16-24 adalah pengguna paling aktif dan rata-rata masyarakat Indonesia 3 jam dalam sehari mengakses media sosial. Terlebih, netizen Indonesia menempati urutan terbawah tingkat kesopanan digital se-Asia Tenggara sebagaimana dilaporkan Digital Civility Index.
Celakanya, pemberitaan media terhadap isu-isu agama, etnis, keberagaman gender dan seksual lebih banyak memberi tempat pada peristiwa konfliknya. Sementara narasi-narasi seputar pengamalan harmoni pada isu tersebut pun oleh media belum banyak diangkat dan didorong ke publik agar menjadi kesadaran bersama tentang pentingnya menghidupi semangat menghargai perbedaan, meninggikan toleransi.
Sebaliknya, penggunaan diksi pemberitaan menguatkan stigma, merendahkan kelompok rentan. Pembuatan judul mengejar sensasi. Produksi berita di media online mengejar clickbait berkiblat pada search engine optimization (SEO). Pemilihan narasumber dari kalangan aparat atau pejabat, pemimpin daerah, dan kurang memberi ruang yang lebih luang pada kelompok korban atau yang mengalami diskriminasi.
Terhadap itu semua, Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (SEJUK) bekerja sama dengan Friedrich-Naumann-Stiftung für die Freiheit (FNF), Kementerian Hukum dan HAM RI, Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Suara Kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Imam Bonjol dan Surat Kabar Kampus (SKK) Ganto Universitas Negeri Padang berkepentingan melibatkan orang muda untuk membangun media yang ramah kelompok minoritas. Karena itu kami mengundang rekan-rekan jurnalis kampus dan aktivis media sosial di wilayah Sumatera Barat untuk terlibat aktif dalam workshop dan beasiswa liputan yang akan digelar di Padang.
Kegiatan ini akan digelar dengan protokol kesehatan yang ketat. Hanya rekan-rekan mahasiswa yang menyerahkan hasil rapid test antigen negatif (biaya tes akan diganti panitia) yang bisa terlibat. Jaga jarak serta penggunaan hand sanitizer dan keharusan masker diganti secara rutin sebelum sampai 4 jam pemakaian adalah di antara protokol yang akan diberlakukan.
Seperti workshop mahasiswa SEJUK yang sudah-sudah, proses diskusi, debat, perjumpaan dengan komunitas-komunitas agama atau kepercayaan yang terdiskriminasi maupun yang menginspirasi akan mengiringi pengalaman bersama menggumuli keberagaman. Pengalaman langka ini akan diolah oleh setiap peserta menjadi karya-karya jurnalistik dan konten kampanye tentang toleransi dan inklusi.
Nama Kegiatan
Workshop dan Fellowship Mahasiswa di Padang: Bermedia untuk Meneguhkan Keberagaman
Waktu
Penyelenggaraan kegiatan workshop: 23–26 Juli 2021
Lokasi workshop akan diinformasikan langsung kepada peserta terpilih.
Kepesertaan
Yang terlibat dalam workshop adalah jurnalis kampus dan mahasiswa yang aktif di media sosial yang berada di Sumatera Barat. Jumlah peserta yang tergabung dalam workshop mahasiswa di Padang ini 20 orang.
Panitia menanggung transportasi dan akomodasi peserta workshop.
Beasiswa liputan dan produksi konten
Panitia memberi beasiswa terbatas kepada masing-masing peserta untuk liputan atau produksi konten media sosial. Sepuluh dari dua puluh peserta workshop akan mendapatkan beasiswa liputan dan produksi konten keberagaman.
Cara Daftar
Untuk bergabung dalam workshop, sila perhatikan langkah-langkah berikut:
- Daftarkan CV beserta tulisan bertema keberagaman seputar isu agama atau keyakinan (aliran kepercayaan), etnis, dan gender serta isu-isu minoritas lainnya berupa reportase, opini, resensi buku maupun film, baik yang sudah ataupun belum dipublikasikan.
- Pendaftaran dikirim ke: bit.ly/WorkshopSEJUKPadang2021
- Pendaftaran paling akhir dikirim 30 Juni 2021, pkl. 24.00
- Peserta-peserta terseleksi diumumkan 9 Juli 2021
- Pengumuman peserta terseleksi akan dipublikasikan di Sejuk.org, IG: @kabarsejuk, Twitter: @KabarSEJUK, FB: Sejuk dan Fanpage Kabar SEJUK.
Informasi lebih lanjut hubungi IG: @kabarsejuk, FB: Sejuk atau Twitter @KabarSEJUK.
Pendukung
Workshop dan Fellowship Mahasiswa di Padang: Bermedia untuk Meneguhkan Keberagaman didukung Friedrich-Naumann-Stiftung für die Freiheit (FNF) bekerja sama dengan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.
Demikian undangan sekaligus kerangka acuan Workshop dan Fellowship Mahasiswa di Padang: Bermedia untuk Meneguhkan Keberagaman ini kami sampaikan. Atas perhatian dan kerja samanya kami ucapkan terima kasih.
Jakarta, 31 Mei 2021
Hormat kami,
Ahmad Junaidi
Direktur SEJUK