Selasa, Juli 1, 2025
  • Login
SUBSCRIBE
SEJUK
No Result
View All Result
  • Isu
    • Agama
    • Disabilitas
    • Gender dan Seksual
    • Etnis
  • Liputan Kolaborasi
    • 2023
    • 2022
    • 2021
    • <2020
  • Panduan Jurnalis
  • Kontributor
  • English
  • Agenda
  • Galeri
  • Isu
    • Agama
    • Disabilitas
    • Gender dan Seksual
    • Etnis
  • Liputan Kolaborasi
    • 2023
    • 2022
    • 2021
    • <2020
  • Panduan Jurnalis
  • Kontributor
  • English
  • Agenda
  • Galeri
No Result
View All Result
SEJUK
No Result
View All Result
Home Agama

Orang Muda Belajar Perdamaian dari Gus Dur, Peace Train Hadir di Jombang

by Redaksi
31/07/2022
in Agama
Reading Time: 8min read
Orang Muda Belajar Perdamaian dari Gus Dur, Peace Train Hadir di Jombang
Share on FacebookShare on Twitter

“Belajar perdamaian dari Gus Dur adalah tujuan orang muda mengikuti Peace Train ke-14 yang kali ini digelar di Jombang. Ini berangkat dari intoleransi, diskriminasi, dan persekusi terhadap agama dan kepercayaan minoritas yang terus terjadi dan para pelakunya banyak dari orang muda.”

Hal tersebut disampaikan Direktur Eksekutif Indonesian Conference on Religion and Peace (ICRP) Pdt. Frangky Tampubolon saat pelepasan Peace Train Indonesia ke-14 (PTI-14) di stasiun Pasar Senen (28 Juli 2022).

Frangky merujuk pada kasus-kasus teranyar, seperti perusakan Wale Paliusan, tempat menjalankan ritual komunitas penghayat Lalang Rondor Malesung (LAROMA) di Minahasa Selatan pada 21 dan 22 Juni lalu.

Peserta PTI-14 yang terdiri dari berbagai agama dan keyakinan berdoa bersama di makam Gus Dur, Jombang (31/7)

Salah satu inisiator Peace Train Indonesia ini juga sangat menyesalkan atas penghancuran dan pembakaran 6 rumah milik umat Buddha dusun Ganjar, Mareje, Lombok Barat, yang terjadi pada malam 3 Mei dalam suasana Idul Fitri 2022 ini. 13 kendaraan bermotor hancur. 19 rumah rusak ringan dan ratusan umat Buddha yang terdiri dari perempuan dan anak-nak harus lari menyelamatkan diri. Tahun 2021, terjadi penyerangan dan perusakan masjid Ahmadiyah di Balai Harapan, Sintang, Kalimantan Barat oleh ratusan massa yang mayoritas adalah orang muda.

Perjalanan Meneladani Gus Dur

ICRP sebagai lembaga perdamaian di Indonesia yang didirikan Gus Dur bersama tokoh-tokoh agama sedang merayakan 22 tahun berdirinya. Melalui kesempatan ini ICRP bersama mitra berkolaborasi melaksanakan edisi khusus Peace Train Indonesia ke-14 (PTI). Sejak awalnya PTI hadir menjadi ruang khusus perjumpaan kaum muda untuk saling berbagi, berdialog dan bekerjasama dalam rangka mengenal satu sama lain guna mengikis prasangka, prejudis dan sikap buruk lainnya yang terkait dengan relasi antarumat beragama, demikian diungkapkan oleh Romo Johannes Hariyanto, Sekertaris Umum Indonesian Conference on Religion and Peace (ICRP).

PTI-14 berkunjung ke GKJW Mojowarno Jombang

Ia juga menegaskan bahwa Indonesia sendiri bukan sesuatu yang secara definitif sudah jadi. Gus Dur adalah sosok tokoh bangsa yang selalu berusaha meng-Indonesia. Sebuah upaya aktif dan teladan dari Gus Dur banyak diingat sahabat dan mereka yang mengupayakan Indonesia yang damai, kesempatan melalui ziarah sekaligus belajar perdamaian dari Gus Dur dan kota kelahirannya menegaskan bahwa kaum muda harus berani mengembalikan semangat Gus Dur demi Indonesia yang lebih damai.

Mewujudkan Perdamaian dengan Perjalanan Bersama

Sekretaris Jenderal Dewan Masjid Indonesia (DMI) Imam Addaruqutni sebagai sahabat Gus Dur sekaligus juga pendiri ICRP juga menambahkan bahwa masalah perdamaian bila tidak dikelola bisa menjadi awal dari malapetaka sosial (social calamity) jika kemudian, dalam konteks kehidupan sosial terjadi truth claim dimana kebenaran yang diyakininya dibarengi dengan absolutism claim dengan menganggap bahwa dia sendirilah yang paling benar dari semuanya,” ujar Imam.

Bagi Imam, bisa jadi semua unpeacefulness atau ketidakdamaian, konflik, clash, perang, dan sebagainya disebabkan oleh faktor tunggal atau berbagai faktor yang paralel. Dengan demikian usaha untuk mewujudkan perdamaian atau kedamaian mungkin harus belajar dari kita mulai keluar rumah seorang diri.

Pelepasan PTI-14 di Stasiun Pasar Senen, Jakarta Pusat

“Dengan Peace Train Indonesia, para pemuda akan bersama mewujudkan perdamaian lalu menempuh jalan raya bergabung dengan berbagai keramian di dalamnya dengan tetap mengendalikan diri secara kreatif tanpa mau menjadi faktor trouble maker, untuk kemudian sampai tujuan atau destination,” tambah Imam.

Sebagai Alumni Peace Train Indonesia ke-12 dengan rute Jakarta-Temanggung, Tri Natalia Urada Ketua Pengurus Pusat PMKRI (Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia), berbagi pengalamannya dalam mengikuti kegiatan Peace Train Indonesia.

“Kegiatan seperti ini menjadi ruang jumpa dan ruang belajar secara langsung yang harus terus ada, karena dengan adanya perjumpaan secara langsung dengan orang-orang yang mempunyai keyakinan atau agama berbeda dapat saling mengetahui, memahami, mengenal satu sama lain dan lebih dekat,” terang Tri.

Papua Mengenang Gus Dur dengan Ziarah Perdamaian di Makam Gus Dur

Para peserta perempuan PTI-14 berpose di Candi Brahu di situs arkeologi Trowulan, ibu kota Majapahit (dulu), di Mojokerto

Ketua Dewan Adat Papua Wilayah III Doberay Papua Barat, Mananwir Paul Finsen Mayor yang juga merupakan Alumni Peace Train Indonesia ke-1 ke Semarang, memberi semangat terhadap perwakilan peserta dari Papua yang mengikuti Peace Train Indonesia ke-14 Jombang.

Menurutnya kehadiran teman dari Papua dalam Peace Train Jombang merupakan hal yang sangat penting karena Gus Dur tidak bisa dipisahkan dari Papua. Ia ada di dalam hati semua masyarakat Papua.

“Gus Dur adalah tokoh yang memberikan ruang demokrasi bagi masyarakat Papua untuk mengekspresikan identitasnya. Kehadiran peserta Papua mengikuti ziarah perdamaian pemuda Lintas Iman ke Makam Gus Dur, menjadi bukti rindu kami terhadap bapak Pluralisme Indonesia, Gus Dur,” ungkap Paul Finsen Mayor.

Dengan Peace Train Indonesia ke Jombang, Paul Finsen Mayor juga berharap semangat pluralisme bangsa ini dirawat, ditumbuhkembangkan dan dibangkitkan. Pluralisme mendatangkan kedamaian hidup berdampingan sebagai bangsa yang majemuk guna mewujudkan cita-cita bersama.

Vinsentius Arti Permata, Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Cendrawasih sebagai perwakilan peserta PTI ke-14 dari Papua, mengungkapkan rasa bangga dan harunya bisa mengikuti perjalanan ke Jombang dan ziarah mengenang Gus Dur.

Feminis muslimah Prof. Musdah Mulia ikut melepas PTI-14

Bagi Vinsen dan seluruh masyarakat Papua, Gus Dur adalah tokoh yang begitu dekat dengan Papua, “Karena Gus Dur kami bangga menjadi orang Papua, Gus Dur selalu berusaha keras mengembalikan harkat dan martabat masyarakat Papua, mengembalikan nama Papua, dan megizinkan bendera Bintang Kejora berkibar,” ungkap Vinsen.

Gus Dur adalah adalah satu-satunya presiden Indonesia yang secara terbuka mengakui kembali masyarakat Papua sebagai bangsa. Dengan perjalanan PTI Jakarta-Jombang ini, Vinsen berharap dapat merasakan kehadiran Gus Dur yang sangat ia rindukan.

Belajar Perdamaian dari (Kota Kelahiran) Gus Dur

Kali ini sebanyak 50 kaum muda menjadi peserta Peace Train Indonesia (PTI) ke-14 Jombang. Kelima puluh peserta PTI Jombang merupakan kaum muda yang dengan sengaja melakukan perjalanan ke Jombang dengan harapan bisa menjumpai semangat dari keteladanan Gus Dur.

PTI ke-14 dihelat mulai hari Kamis hingga Minggu, 28–31 Juli 2022. dari Jakarta menuju Jombang, Jawa Timur. Ahmad Nurcholish, Direktur Program ICRP sekaligus penggagas kegiatan Peace Train Indonesia menambahkan, Jombang menjadi kota tujuan karena di Jombang kita bisa mengenang dan meneladai Gus Dur sebagai negarawan sejati Indonesia.

“Kita ingin belajar di sana bagaimana merawat keragaman dan perdamaian sekaligus mengetahui segala tantangan dan hambatan terkait dengan upaya mewujudkan toleransi dan perdamaian di kota tersebut,” tandas lelaki yang biasa disapa Cak Nur ini.

PTI-14 disambut pimpinan-pimpinan Maha Vihara Mojopahit, para peserta juga mengunjungi patung Buddha Tidur

50 peserta tersebut berasal dari berbagai kota di Indonesia yaitu Padang, Semarang, Yogyakarta, Madura, Cilacap, Jakarta, Tangerang, Solo, Surabaya, Papua, Pontianak, dengan ragam latar agama Islam, Katolik, Kristen, Orthodox, Bahai, Sikh dan Buddha.

Acara pelepasan rombongan PTI ke-14 dilaksanakan Kamis, 28 Juni 2022, pukul 15.30 WIB sore di ruang VIP Stasiun Senen, Jakarta Pusat dengan mematuhi protokal kesehatan yang ketat.

Hadir dalam pelepasan tersebut antara lain Sekretaris Umum ICRP Romo Johanes Hariyanto, Wakil Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN), Raja Juli Anton , Program Manager YBAW (Yayasan Bani Abdurrahman Wahid) Suraji, Direktur ICRP Pdt. Frangky Tampubolon, dan alumni kegiatan PTI.

Helatan PTI ke-14 ini ICRP bekerjasama dengan Gereja Kristen Indonesia (GKI), Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI), Gusdurian, Analisis Papua Strategis, JIAD (Jaringan Isam Anti-Diskriminasi) Jawa timur, Wisata Kreatif Jakarta, Belanusa, Demokasi.id, dan Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (SEJUK).

Tampak terlibat dalam PTI di Jombang ini aktivis-aktivis Pelita Padang yang sedang bergumul dengan aturan-aturan diskriminatif bernuansa agama, termasuk Undang-Undang Sumatera Barat yang baru diterbitkan. Mereka mengaku ingin lebih menghkhidmati prinsip-prinsip non-diskriminasi yang ditinggikan Gus Dur.

Ketua Umum PGI Pdt. Gomar Gultom bersama Gusdurian dan perwakilan pimpinan agama Sikh, Buddha, dan lainnya berdoa di makam Gus Dur

“Kami bertiga berangkat dari Padang untuk mengikuti kegiatan yang melibatkan orang-orang muda lintas iman agar kami semakin terlecut oleh perjuangan Gus Dur melawan diskriminasi,” jelas pendiri Pemuda Lintas Agama (Pelita) Padang, Angelique Maria Cuaca.

Dari Pelita Padang diwakili oleh 3 orang dengan latar agama dan keyakinan yang berbeda-beda: muslim Ahmadiyah, Kristen, dan Katolik.

“Semua peserta dipastikan akan mematuhi protokol Kesehatan dan telah mendapatkan vaksin 1-3, mengingat pandemi Covid-19 masih hadir di sekitar kita. Kami juga yakin PTI bisa menjadi ruang belajar bersama dan jalinan persahabatan di antara orang muda lintas iman dan budaya.” imbuh Isa Oktaviani, koordinator PTI-14 kali ini.

Peace Train Indonesia adalah program traveling lintas iman/agama dengan menggunakan moda kereta api, menuju ke satu kota yang telah ditentukan. Di kota tujuan peserta akan mengunjungi komunitas agama-agama, komunitas penggerak perdamaian, rumah-rumah ibadah, dan tokoh-tokoh yang dianggap sebagai aktor penting toleransi dan perdamaian antaragama. Mereka juga akan berproses untuk saling belajar, berbagi cerita, berdialog, bekerjasama, mengelola perbedaan, berkampanye, dan menuliskan pengalaman perjumpaan dalam semangat kebersamaan dan persaudaraan.

PTI digagas oleh 4 orang anak bangsa, yakni Pdt. Frangky Tampubolon, Anick HT yang selama ini dikenal sebagai aktivis Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (KBB), Ahmad Nurcholish, dan Destya Nawris penganut agama Bahai yang aktif dalam gerekan lintas iman, pendidikan anak, dan kesetaraan gender.

Secara rinci, PTI yang sudah dilaksanakan sejak tahun 2017 ini sudah berkunjung ke berbagai kota, yakni: PTI 1 Jakarta – Semarang (15 – 17 September 2017), PTI 2 Jakarta – Surabaya (3 – 5 November 2017), PTI 3 Jakarta – Yogyakarta (26 – 28 januari 2018), PTI 4 Jakarta – Bandung (23 – 25 Maret 2018), PTI 5 Jakarta – Wonosobo (25 – 27 Mei 2018), PTI 6 Jakarta – Malang (24 – 26 Agustus 2018), PTI 7 Jakarta – Banten (24 – 26 Agustus 2018), PTI 8 Jakarta – Bogor (27 – 28 Oktober 2018), PTI 9 Jakarta – Madura (16 – 20 Oktober 2019), PTI 10 Jakarta – Cirebon (24 – 26 januari 2020, dan PTI 11 Jakarta – Temanggung (24 – 26 Januari 2021) PTI 12 Jakarta– Salatiga (22-25 April 2021) – Peace Train 13 Virtual Goes to Spanyol (20 April 2022).

***

Foto-foto adalah dokumentasi Peace Train Indonesia

Tags: #BuddhaTidur#CandiBrahu#GKJWMojowarno#GomarGultom#GusDur#Gusdurian#ICRP#MahaViharaMojopahit#Majapahit#MakamGusDur#PeaceTrain#PeaceTrainIndonesia#PGI#Trowulan
Previous Post

“Langkah Bupati Minsel Franky Wongkar Meminta Laroma tidak Jalankan Ritual Bulan Purnama adalah Pelanggaran HAM”

Next Post

Intoleransi Tinggi di Kalangan Terdidik, SEJUK Tawarkan Beasiswa Konten Keberagaman untuk Mahasiswa Sulawesi Selatan

Redaksi

Redaksi

Journalists Association for Diversity (SEJUK) is an organization formed by journalists, activists, and writers to encourage the creation of society, with the support of the mass media, to respects, protects, and maintains diversity as part of the defense of human rights. SEJUK actively promotes perspectives of pluralism, human rights, gender, and diversity of sexuality to revive peaceful journalism. The aim is to spread issues of diversity in religion/belief, ethnicity, gender, and sexual orientation as well as other minority groups.

Related Posts

Ahmadiyah

Global Peace Foundation Indonesia Gelar Peace! Project: Membangun Harmoni dalam Keberagaman

21/05/2025
Diskriminasi Beragama Kian Mencemaskan, Elemen Masyarakat Sipil Menggelar Konsolidasi Kebebasan Beragama di Provinsi Riau

Diskriminasi Beragama Kian Mencemaskan, Elemen Masyarakat Sipil Menggelar Konsolidasi Kebebasan Beragama di Provinsi Riau

17/11/2024
Masyarakat Adat, Pemimpin Agama, Akademisi, dan Media Bersama Atasi Perubahan Iklim

Masyarakat Adat, Pemimpin Agama, Akademisi, dan Media Bersama Atasi Perubahan Iklim

24/10/2024
Ilustrasi Istimewa

Raja Najasyi: Pemimpin tanpa Hegemoni

09/10/2024
Next Post
Intoleransi Tinggi di Kalangan Terdidik, SEJUK Tawarkan Beasiswa Konten Keberagaman untuk Mahasiswa Sulawesi Selatan

Intoleransi Tinggi di Kalangan Terdidik, SEJUK Tawarkan Beasiswa Konten Keberagaman untuk Mahasiswa Sulawesi Selatan

Please login to join discussion

Terpopuler

  • “Mama, Aku Lesbian dan Aku tetap Putrimu”

    “Mama, Aku Lesbian dan Aku tetap Putrimu”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Gereja Pertama di Indonesia yang Menerima LGBT dengan Terbuka

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Gereja Ortodoks Rusia di Indonesia: Menjumpa dan Menyapa yang Berbeda dengan Cinta

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 7 Alasan Mengapa LGBT Diterima Gereja Ini

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Elisheva Wiriaatmadja, Contoh Penganut Judaisme yang Terbuka di Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Tentang Kami

Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (SEJUK) didirikan tahun 2008 oleh para jurnalis dari berbagai media mainstream, aktivis hak asasi manusia (HAM), dialog antar-iman dan penulis.

Hubungi Kami

Kontak

Karir

  • Facebook
  • Instagram
  • Twitter
  • TikTok
  • YouTube

Community Guidelines

Kontributor

Pedoman Media Siber

© 2020 Serikat Jurnalis untuk Keberagaman

No Result
View All Result
  • Isu
    • Agama
    • Disabilitas
    • Gender dan Seksual
    • Etnis
  • Liputan Kolaborasi
    • 2023
    • 2022
    • 2021
    • <2020
  • Panduan Jurnalis
  • Kontributor
  • English
  • Agenda
  • Galeri

© 2020 Serikat Jurnalis untuk Keberagaman

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In