Tak sedikit pemberitaan tentang komunitas ragam gender dan seksualitas di Maluku Utara bernada menyudutkan dan merendahkan. Moralitas agama paling dominan melandasi berita-berita yang framingnya menguatkan stigma atau stereotip terhadap minoritas gender dan seksualitas.
Hal tersebut tampak pada berita-berita seperti ancaman Korem Babullah akan memecat anggota TNI jika diketahui LGBT (2016), kriminalisasi terhadap salah satu transpuan di Ternate, Dona, terkait video dan fotonya yang beredar (2019), maupun razia Satpol-PP Kota Ternate “mengamankan” para pekerja seks yang di antaranya diduga LGBT (2022).
Judul berita juga dibuat bombastis: Di Ternate, Tentara Sudah Mulai Kampanyekan Bahaya LGBT (2016), Geger! Kelompok LGBT Menyusup ke Tempat Hiburan Malam di Taliabu Maluku Utara (2022).
Celakanya, kasus-kasus diskriminasi dan persekusi yang dihadapi kelompok ragam gender dan seksualitas secara umum tidak ditangkap media dengan tepat dalam kerangka hukum dan hak asasi manusia (HAM). Media cenderung melihat peristiwa yang menimpa LGBT semata sebagai peristiwa kriminal. Jurnalis dan media belum melihatnya sebagai isu diskriminasi.
Kesimpulan ini dilansir juga oleh riset Konde.co bekerja sama dengan USAID & Internews bertema Their Story: Riset Media Memandang Keragaman Gender Dan Seksual Non-normatif “LGBT” (2022). Riset tersebut juga mengungkap bahwa media masih melakukan marginalisasi terhadap komunitas gender dan seksualitas non-normatif (LGBT) dengan penggunaan diksi yang berkonotasi negatif dan pemilihan narasumber yang terbatas pada otoritas resmi.
Polisi menjadi narasumber utama pada berita-berita kriminal terkait dengan komunitas LGBT. Sebagai pihak yang adalah pelaku persekusi terbanyak kedua terhadap komunitas LGBT, masih menurut riset ini, polisi memiliki kuasa yang besar terhadap pembentukan narasi publik tentang minoritas gender dan seksual.
Tone dan framing negatif dalam pemberitaan tak hanya menyasar minoritas gender dan seksualitas. Merujuk pada analisis konten pemberitaan yang dilakukan Remotivi bekerja sama dengan Intrernational Media Support (IMS) terhadap media daring dan televisi (Komunitas Agama Marginal dalam Media di Indonesia: Sebuah Kajian Awal, 2021) maupun riset UNTAR-SEJUK-Kemenristekdikti (2017-2019) sama-sama menyimpulkan bahwa liputan isu keberagaman tidak banyak mewakili suara-suara kelompok rentan.
Media lebih memberi tempat bagi narasumber elit seperti para pejabat, aparat, dan tokoh agama yang mewakili organisasi-organisasi keagamaan dari kelompok mayoritas. Pemberitaan media siber dalam isu keberagaman cenderung menjadikan kelompok minoritas sebagai objek, dengan mengedepankan sensasi.
Meski demikian, selalu ada berita-berita yang menghadirkan kisah inspiratif warga dan komunitas rentan yang memberdayakan. Pemberitaan terhadap kelompok marginal di Ternate maupun wilayah Maluku Utara lainnya secara umum tidak seburuk wilayah-wilayah di Indonesia Barat.
Era digital di mana misinformasi dan disinformasi sangat cepat memberi pengaruh dan dampak terhadap bagaimana orang menghadapi realitas keberagaman, mendesak bagi media mengambil peran dan tanggung jawab agar Maluku Utara menjadi wilayah yang lebih ramah dan aman bagi semua.
Terlebih lagi, isu-isu keberagaman di atas sangat mudah viral. Algoritma Google seputar diksi bernuansa sentimen keyakinan dan seksualitas, di antaranya, menjadi penyumbang haox atau disinformasi paling tinggi, terutama di media siber yang berkiblat pada search engine optimization (SEO) atau mengejar Google adsense. Tahun-tahun politik menuju Pemilu 2024 menuntut media lebih mawas terhadap politik identitas yang marak di media mainstream maupun media sosial.
Nama Kegiatan
Workshop & Story Grant: Menciptakan Ruang Aman Gender dan Seksualitas di Maluku Utara Lewat Jurnalisme Keberagaman
Tujuan
Membangun dan mengembangkan jurnalisme keberagaman yang mendorong semangat toleransi dan inklusi di kalangan jurnalis kampus dan mahasiswa yang aktif di media sosial di wilayah Maluku Utara
Capaian
- Tumbuhnya kesadaran kalangan jurnalis kampus dan mahasiswa yang aktif di media sosial tentang pentingnya media dalam mendorong penghargaan terhadap hak-hak kelompok marginal melalui peran edukasi dan watchdog (advokasi);
- Tergambar pola maupun peta media, jurnalis kampus dan mahasiswa yang aktif di media sosial di Maluku Utara dalam memberitakan isu keberagaman gender dan seksualitas;
- Terumuskan pengembangan ruang aman dan jaringan yang menghubungkan jurnalis kampus dan mahasiswa yang aktif di media sosial dengan kelompok minoritas gender dan seksualitas dalam mendorong kebinekaan, prinsip toleransi, dan semangat inklusi di Maluku Utara;
- Terpublikasi 10 liputan ataupun konten jurnalisme keberagaman bertema gender dan seksualitas di Maluku Utara.
- Terbangun kerja sama lanjutan dalam menghidupkan jurnalisme keberagaman di Maluku Utara.
Tempat dan Waktu
Waktu penyelenggaraan: 23-26 September 2022
Lokasi workshop akan diinformasikan langsung kepada peserta terpilih.
Beasiswa liputan dan produksi konten
Panitia memberi beasiswa terbatas kepada masing-masing peserta untuk liputan keberagaman. Sepuluh dari dua puluh peserta workshop akan mendapatkan beasiswa liputan keberagaman.
Cara Daftar
Untuk bergabung dalam workshop, sila perhatikan langkah-langkah berikut:
- Penyelenggaraan workshop: 23-26 September 2022
- Pendaftaran dikirim ke: bit.ly/SEJUKPERSMATERNATE2022
- Pendaftaran paling akhir dikirim 12 September 2022, pkl. 24.00
- Peserta-peserta terseleksi diumumkan 15 September 2022 di IG: @kabarsejuk, Twitter: @KabarSEJUK, dan FB: Sejuk
- 20 peserta mahasiswa terpilih (pers mahasiswa atau yang aktif di dunia jurnalistik dan aktivis media sosial) akan mengikuti rangkaian training keberagaman dan sesi coaching proposal liputan/konten media sosial
- Sebanyak 10 peserta terpilih akan mendapatkan beasiswa menyelesaikan liputan dan konten media sosial sebesar masing-masing Rp3.000.000
- Pelaksanaan beasiswa liputan keberagaman: 30 September–20 November 2022
Kepesertaan
Yang terlibat dalam kegiatan ini adalah jurnalis kampus dan mahasiswa yang aktif di media sosial yang berada di Maluku Utara atau provinsi terdekat dari Maluku Utara. Jumlah peserta yang tergabung dalam workshop di Maluku Utara ini 20 orang.
Kepanitiaan
Kegiatan ini diselenggarakan atas kerja sama SEJUK dengan Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Aspirasi Universitas Khairun, LPM Mantra Fakultas Ilmu Budaya Universitas Khairun, dan UKM Jurnalistik Universitas Muhammadiyah Maluku Utara.
Panitia menanggung transportasi dan akomodasi peserta workshop.
Demikian undangan sekaligus kerangka acuan Workshop & Story Grant: Menciptakan Ruang Aman di Maluku Utara Lewat Jurnalisme Keberagaman ini kami sampaikan. Atas perhatian dan kerja samanya kami ucapkan terima kasih.
Jakarta, 15 Agustus 2022
Hormat kami,
Ahmad Junaidi
Direktur SEJUK