Jumat, Juli 4, 2025
  • Login
SUBSCRIBE
SEJUK
No Result
View All Result
  • Isu
    • Agama
    • Disabilitas
    • Gender dan Seksual
    • Etnis
  • Liputan Kolaborasi
    • 2023
    • 2022
    • 2021
    • <2020
  • Panduan Jurnalis
  • Kontributor
  • English
  • Agenda
  • Galeri
  • Isu
    • Agama
    • Disabilitas
    • Gender dan Seksual
    • Etnis
  • Liputan Kolaborasi
    • 2023
    • 2022
    • 2021
    • <2020
  • Panduan Jurnalis
  • Kontributor
  • English
  • Agenda
  • Galeri
No Result
View All Result
SEJUK
No Result
View All Result
Home Uncategorized

Piagam Perdamaian Rakyat: Kerinduan Sampang untuk kembali Berdampingan

by Redaksi
24/09/2013
in Uncategorized
Reading Time: 2min read
Piagam Perdamaian Rakyat: Kerinduan Sampang untuk kembali Berdampingan
Share on FacebookShare on Twitter
Piagam Perdamaian Pengungsi Syi'ah Sampang
Piagam Perdamaian Pengungsi Syi’ah Sampang

Pulang dan membangun kembali persatuan masyarakat di Sampang adalah impian Mad Rosid, salah satu pengungsi Syiah di Rusunawa Puspa Agro Sidoarjo, setelah kemarin (23/September/2013) digelar Deklarasi Islah dan Publikasi Piagam Perdamaian. “Kemarin warga dari Sampang datang ke sini untuk meminta maaf kepada kami karena selama ini salah paham dan menjadi korban adu domba oleh orang-orang dari luar” kata Mad Rosid.

Pria yang beberapa waktu lalu ikut mengayuh sepeda ontel dari Surabaya ke Jakarta untuk bertemu Presiden ini menyampaikan kelegaannya. “Mereka menerima kembali bahkan berharap sekali agar kami semua hidup berdampingan lagi tanpa mempermasalahkan perbedaan paham di antara kami” lanjutnya. Karena itu, ia mendorong pemerintah agar segera merealisasikan proses rekonsiliasi dengan memulangkan para pengungsi ke kampung halamannya. “Islah ini gerakan dari masyarakat, karena kami semua yang ikut dalam acara kemarin ingin kembali berdamai. Kami semua lelah sekali berkonflik. Sekarang kami menunggu pemerintah untuk bergerak” Rosid berharap.

Sementara Zaini, salah satu penandatangan Piagam Perdamaian Rakyat yang juga tinggal di pengungsian, menjelaskan, “Misi dari forum Deklarasi Islah dan Publikasi Piagam Perdamaian kemarin adalah mengajak pengungsi pulang ke Sampang.” Sebab, gerakan islah dengan penandatanganan Piagam Perdamaian Rakyat ini tidak datang dari pengungsi. “Piagam Perdamaian Rakyat dibuat atas permintaan dari masyarakat Sampang, yang justru kebanyakan dari mereka dulunya adalah orang-orang yang menyerang kami. Mereka sekarang menjemput kami untuk kembali pulang.” Untuk itu, setelah kedua belah pihak menandatangani piagam tersebut, ia menyerahkan semua proses pemulangan pengungsi kepada pemerintah. Ia pun menegaskan, “Saatnya sekarang pemerintah mengupayakan jaminan keamanan agar kami warga Sampang bisa kembali damai dan pemerintah juga mengganti rugi seluruh bangunan atau tempat tinggal kami yang sudah rata dengan tanah.”

Pada kesempatan lainnya, Hertasning, salah satu pendamping yang ikut hadir dalam acara kemarin, mengungkapkan, “Penggerak acara Deklarasi Islah dan Publikasi Piagam Perdamaian di Rusunawa, datang dari dua pihak. Pertama, beberapa pengungsi yang selama ini aktif berinisiatif mengupayakan rekonsiliasi dengan turun langsung ke kampung asal mereka untuk membangun kembali silaturahmi dan ikatan persaudaraan di antara mereka dengan kerabat-kerabatnya di Bluuran dan Karanggayam. Kedua, habaib (beberapa habib atau keturunan Nabi Muhammad dan orang yang bertalian keluarga dengan Nabi) dari wilayah Sampang, Madura. Tentu saja, peran besar masyarakat Sampang untuk menerima kembali saudaranya yang di pengungsian menjadi angin segar upaya rekonsiliasi ini.”

Dia menambahkan, “Acara ini dibangun dari bawah sehingga bisa menghadirkan sekitar 50 orang warga Sampang. Mereka berasal dari Karanggayam dan Bluuran yang sekitar 90 persennya merupakan para pelaku kekerasan penyerangan dalam tragedi Syiah Sampang. Sisanya adalah warga sekitar kecamatan Omben dan Karang Penang, Sampang.”

Namun, ia menyayangkan, “Upaya yang sangat positif ini justru tidak disambut baik oleh aparat-aparat pemerintah daerah. Beberapa justru mempertanyakan dan mencoba memperlemah gerakan islah dari bawah ini dengan mencari-cari alasan untuk tidak mendukung kegiatan ini. Beberapa pihak yang mengaku mendapat perintah dari Polsek bahkan berusaha mengancam menggagalkan kegiatan itu dengan mempersulit masyarakat Sampang memasuki Rusunawa Puspa Agro. Dari pihak Polsek berdalih itu perintah dari Polres.”

Kendati demikian, pendamping dari Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Universalia (YLBHU) ini mengundang pihak-pihak yang merindukan tegaknya hak-hak dan kebebasan beragama dan berkeyakinan segenap warga negara Indonesia, seperti para aktifis, Civil Society Organization (CSO) dan media massa, untuk makin mengeraskan suara-suara positifnya supaya aparat pemerintahan dari daerah sampai pusat lebih serius mendorong upaya islah yang sudah sangat baik dimulai dari bawah ini. (Thowik SEJUK)

Foto diunduh dari :

http://beritaprotes.com/2013/09/siaran-pers-islah-deklarasi-perdamaian-rakyat-sampang/

Previous Post

Berjuang 23 Tahun Dapatkan IMB, Lahan Paroki St Bernadet Tetap Digembok Massa Intoleran

Next Post

Kongres Pendidikan Dunia: Konsep Toleransi Harus Ada dalam Kurikulum

Redaksi

Redaksi

Journalists Association for Diversity (SEJUK) is an organization formed by journalists, activists, and writers to encourage the creation of society, with the support of the mass media, to respects, protects, and maintains diversity as part of the defense of human rights. SEJUK actively promotes perspectives of pluralism, human rights, gender, and diversity of sexuality to revive peaceful journalism. The aim is to spread issues of diversity in religion/belief, ethnicity, gender, and sexual orientation as well as other minority groups.

Related Posts

Ngober: Ngonten Keberagaman

Ngober: Ngonten Keberagaman

28/11/2024
Transgender

DOSA DAN NERAKA BUKAN URUSAN NEGARA: TRANSGENDER ISA ZEGA UMRAH BERJILBAB TIDAK BISA DIPENJARA

26/11/2024
God is Miraculous in Creating LGBT People

Pernyataan Sikap KOMPAKS: Menyikapi Pernyataan Sekretaris Jenderal Dewan Ketahanan Nasional (Wantannas) Bahwa LGBTQ adalah Ancaman Negara

21/11/2024
Gadis Kretek

Review Gadis Kretek: Kisah Cinta Dasiyah Memang Menyedihkan, Namun Peristiwa 1965 yang Menghancurkan Hidupnya

13/11/2023
Next Post

Kongres Pendidikan Dunia: Konsep Toleransi Harus Ada dalam Kurikulum

Please login to join discussion

Terpopuler

  • “Mama, Aku Lesbian dan Aku tetap Putrimu”

    “Mama, Aku Lesbian dan Aku tetap Putrimu”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hotspace Privat Event Jakarta, Bukan Tindak Pidana!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Gereja Pertama di Indonesia yang Menerima LGBT dengan Terbuka

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 7 Alasan Mengapa LGBT Diterima Gereja Ini

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tersingkir dari Keluarga, Tempat Kerja, hingga Pemakamannya: Nasib Transpuan di Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Tentang Kami

Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (SEJUK) didirikan tahun 2008 oleh para jurnalis dari berbagai media mainstream, aktivis hak asasi manusia (HAM), dialog antar-iman dan penulis.

Hubungi Kami

Kontak

Karir

  • Facebook
  • Instagram
  • Twitter
  • TikTok
  • YouTube

Community Guidelines

Kontributor

Pedoman Media Siber

© 2020 Serikat Jurnalis untuk Keberagaman

No Result
View All Result
  • Isu
    • Agama
    • Disabilitas
    • Gender dan Seksual
    • Etnis
  • Liputan Kolaborasi
    • 2023
    • 2022
    • 2021
    • <2020
  • Panduan Jurnalis
  • Kontributor
  • English
  • Agenda
  • Galeri

© 2020 Serikat Jurnalis untuk Keberagaman

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In