Sabtu, Juli 5, 2025
  • Login
SUBSCRIBE
SEJUK
No Result
View All Result
  • Isu
    • Agama
    • Disabilitas
    • Gender dan Seksual
    • Etnis
  • Liputan Kolaborasi
    • 2023
    • 2022
    • 2021
    • <2020
  • Panduan Jurnalis
  • Kontributor
  • English
  • Agenda
  • Galeri
  • Isu
    • Agama
    • Disabilitas
    • Gender dan Seksual
    • Etnis
  • Liputan Kolaborasi
    • 2023
    • 2022
    • 2021
    • <2020
  • Panduan Jurnalis
  • Kontributor
  • English
  • Agenda
  • Galeri
No Result
View All Result
SEJUK
No Result
View All Result
Home Uncategorized

Ahmadiyah Paling Sering Jadi Korban Intoleransi Sepanjang 2013

by Redaksi
17/01/2014
in Uncategorized
Reading Time: 1min read
Aksi Damai Hari Toleransi Internasional: Copot Suryadharma Ali & Gamawan Fauzi!
Share on FacebookShare on Twitter

 

Masjid Ahmadiyah yang dirusak sekelompok orang di Kampung Babakan Sindang, Desa Cipakat, Kecamatan Singaparna, Tasikmalaya, Jawa Barat, Senin (6/5/2013).

 

JAKARTA, KOMPAS.com — Jemaah Ahmadiyah paling sering menjadi korban intoleransi dan pelanggaran kebebasan beragama sepanjang tahun 2013. Hal tersebut berdasarkan temuan Setara Institute yang dirilis di Jakarta, Kamis (16/1/2014). Setara mencatat, terdapat 222 peristiwa pelanggaran kebebasan beragama yang terjadi sepanjang tahun 2013. Sebanyak 59 di antaranya menimpa para jemaah Ahmadiyah.

“Ahmadiyah menjadi yang paling banyak karena sentimen di dalam masyarakat yang menilai ajaran mereka sesat,” kata peneliti Setara Institut, Bonar Tigor, saat memaparkan temuannya.

Kelompok korban terbanyak kedua adalah umat Kristiani. Tercatat sebanyak 48 peristiwa pelanggaran kebebasan beragama dilakukan oleh kaum intoleran terhadap kelompok ini. Urutan ketiga ditempati oleh penganut Syiah, yakni sebanyak pelanggaran 23 kali. Umat Islam umum yang tidak menganut aliran tertentu juga kerap menjadi korban intoleransi, yakni 11 kali menjadi korban pelanggaran.

Sementara umat Buddha dan Hindu menjadi agama yang paling sedikit menjadi korban intoleransi. Umat Buddha tercatat sebanyak dua kali kebebasan beragamanya dilanggar, sementara umat Hindu satu kali.

Tigor menjelaskan, sebenarnya kelompok-kelompok minoritas ini tidak lebih lemah daripada kaum intoleran. Hanya, mereka kerap kali tidak menyerang balik atas arahan yang diberikan oleh pemuka agama mereka.

“Jadi, mereka tidak melakukan itu, selain hal tersebut tidak dibenarkan dalam ajaran agama, mungkin supaya tidak terjadi konflik berkepanjangan juga,” ujarnya.

Tigor menjelaskan, mengingat yang menjadi korban pelanggaran dalam konteks ini adalah kelompok agama tertentu, otomatis yang menjadi sasaran tindakan pelanggar adalah tempat ibadah. Gereja adalah tempat ibadah yang paling sering dijadikan target oleh kaum intoleran, sebanyak 21 peristiwa.

“Di gereja-gereja ini umumnya terjadi penyegelan, gangguan, atau pengusiran mereka yang sedang beribadah,” jelasnya.

Tempat kedua yang terbanyak adalah masjid dengan 17 kali peristiwa. Tigor menjelaskan, masjid di sini umumnya adalah masjid jemaah yang menganut aliran-aliran Islam tertentu, seperti Syiah dan Ahmadiyah.

 

Sumber: http://nasional.kompas.com/read/2014/01/16/2229377/Ahmadiyah.Paling.Sering.Jadi.Korban.Intoleransi.Sepanjang.2013

Tags: Headline
Previous Post

Stagnasi Kebebasan Beragama di Indonesia

Next Post

MINORITAS HARUS DIBELA: Catatan atas Buku “Pemolisian Konflik Keagamaan di Indonesia”

Redaksi

Redaksi

Journalists Association for Diversity (SEJUK) is an organization formed by journalists, activists, and writers to encourage the creation of society, with the support of the mass media, to respects, protects, and maintains diversity as part of the defense of human rights. SEJUK actively promotes perspectives of pluralism, human rights, gender, and diversity of sexuality to revive peaceful journalism. The aim is to spread issues of diversity in religion/belief, ethnicity, gender, and sexual orientation as well as other minority groups.

Related Posts

Ngober: Ngonten Keberagaman

Ngober: Ngonten Keberagaman

28/11/2024
Transgender

DOSA DAN NERAKA BUKAN URUSAN NEGARA: TRANSGENDER ISA ZEGA UMRAH BERJILBAB TIDAK BISA DIPENJARA

26/11/2024
God is Miraculous in Creating LGBT People

Pernyataan Sikap KOMPAKS: Menyikapi Pernyataan Sekretaris Jenderal Dewan Ketahanan Nasional (Wantannas) Bahwa LGBTQ adalah Ancaman Negara

21/11/2024
Gadis Kretek

Review Gadis Kretek: Kisah Cinta Dasiyah Memang Menyedihkan, Namun Peristiwa 1965 yang Menghancurkan Hidupnya

13/11/2023
Next Post
December in fear, December  in happiness

MINORITAS HARUS DIBELA: Catatan atas Buku “Pemolisian Konflik Keagamaan di Indonesia”

Please login to join discussion

Terpopuler

  • “Mama, Aku Lesbian dan Aku tetap Putrimu”

    “Mama, Aku Lesbian dan Aku tetap Putrimu”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Gereja Pertama di Indonesia yang Menerima LGBT dengan Terbuka

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hotspace Privat Event Jakarta, Bukan Tindak Pidana!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Dewi Kanti Rela Tak Punya Akta Nikah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 7 Alasan Mengapa LGBT Diterima Gereja Ini

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Tentang Kami

Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (SEJUK) didirikan tahun 2008 oleh para jurnalis dari berbagai media mainstream, aktivis hak asasi manusia (HAM), dialog antar-iman dan penulis.

Hubungi Kami

Kontak

Karir

  • Facebook
  • Instagram
  • Twitter
  • TikTok
  • YouTube

Community Guidelines

Kontributor

Pedoman Media Siber

© 2020 Serikat Jurnalis untuk Keberagaman

No Result
View All Result
  • Isu
    • Agama
    • Disabilitas
    • Gender dan Seksual
    • Etnis
  • Liputan Kolaborasi
    • 2023
    • 2022
    • 2021
    • <2020
  • Panduan Jurnalis
  • Kontributor
  • English
  • Agenda
  • Galeri

© 2020 Serikat Jurnalis untuk Keberagaman

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In