Minggu, Juli 27, 2025
  • Login
SUBSCRIBE
SEJUK
No Result
View All Result
  • Isu
    • Agama
    • Disabilitas
    • Gender dan Seksual
    • Etnis
  • Liputan Kolaborasi
    • 2023
    • 2022
    • 2021
    • <2020
  • Panduan Jurnalis
  • Kontributor
  • English
  • Agenda
  • Galeri
  • Isu
    • Agama
    • Disabilitas
    • Gender dan Seksual
    • Etnis
  • Liputan Kolaborasi
    • 2023
    • 2022
    • 2021
    • <2020
  • Panduan Jurnalis
  • Kontributor
  • English
  • Agenda
  • Galeri
No Result
View All Result
SEJUK
No Result
View All Result
Home Pers Kampus

Dalam beritakan perkosaan, bagaimana jurnalis bersikap?

by Lydia SEJUK
06/02/2019
in Pers Kampus
Reading Time: 1min read
Dalam beritakan perkosaan, bagaimana jurnalis bersikap?
Share on FacebookShare on Twitter

“Tidak ada seks bebas, yang ada hanya seks bertanggung jawab dan seks tidak bertanggung jawab.”

Hal tersebut ditegaskan Dewi Candraningrum dalam sesi Media dan Gender, Workshop Pers Mahasiswa bertajuk Jurnalisme Keberagaman Menghidupkan Toleransi di Semarang (1/2/2019).

Menurut paparan Dewi, seks bertanggung jawab adalah seks dengan konsensual atau yang biasa disebut persetujuan.

Dewi juga menegaskan bahwa keperawanan hanyalah konsep dari masyarakat yang sangat patriarkis. Sebenarnya keperawanan tidak ada dalam medis.

“Seks sudah seharusnya bebas karena kalau tidak maka itu disebut perkosaan,” kata Dewi di hadapan para peserta workshop Serikat Jurnalis untuk Keberaganan (SEJUK) yang berasal dari Banda Aceh, Lhokseumawe sampai Maumere.

Selain seorang feminis dan akademisi, Dewi Candraningrum juga mendokumentasikan kisah-kisah perempuan melalui lukisan dan mentransformasikannya menjadi scarf, yang salah satu scarf-nya bertema Ianfu.

“Usia Ianfu mulai dari sembilan hingga tujuh belas tahun saat mereka diculik” ujar Dewi seraya menunjukkan ke salah satu sosok di scarf-nya, ”Namanya Sri Sukanti.”

Ia adalah Ianfu termuda, sambungnya, yang diculik (prajurit Jepang-red) ketika usia sembilan tahun.

Dewi Candraningrum di tengah peserta workshop pers mahasiswa SEJUK (1/2/2019)

Dalam workshop yang diadakan atas kerjasama SEJUK, Friedrich-Naumann-Stiftung für die Freiheit (FNF), LPM IDEA & LPM Justisia UIN Walisongo Semarang dan Kemenkumham ini, Dewi Candraningrum menekankan agar pemberitaan media terhadap korban perkosaan harus berhati-hati dan berpihak pada korban. Salah satu caranya adalah media tidak menampilkan kronologi dengan lengkap. Sebab, hal itu akan membuat korban diperkosa berkali-kali media.

Oleh karena itu, tegasnya, jurnalis haruslah memiliki sensitivitas yang lebih karena nasib korban perkosaan sangatlah ngilu. []

Tags: #DewiCandraningrum#Feminis#Gender#LpmIDEA#LpmJustisia#PersmaSEJUK#PersmaSemarang#WorkshopSEJUKianfu
Previous Post

Dalam meliput LGBT, ke mana jurnalis harus berpihak?

Next Post

Sakdiyah Ma’ruf: Saya Memilih Jalan Humor, bukan Jalan Pedang

Lydia SEJUK

Lydia SEJUK

Related Posts

Kolaborasi Kunci Jurnalis Kampus Jawa Barat Memperkuat Kebebasan Beragama dan Toleransi

Kolaborasi Kunci Jurnalis Kampus Jawa Barat Memperkuat Kebebasan Beragama dan Toleransi

20/06/2024
Menangkal Politisasi Identitas Kelompok Minoritas Menjelang Pemilu 2024

Undangan Workshop & Beasiswa untuk Jurnalis Kampus Jawa Barat: Bangun Ruang Aman Keberagaman di Media

15/04/2024
Undangan Training & Story Grant: Pemilu Serentak 2024 & Tantangan Menerapkan Jurnalisme Keberagaman di Kalangan Pers Mahasiswa Banten

Undangan Training & Story Grant: Pemilu Serentak 2024 & Tantangan Menerapkan Jurnalisme Keberagaman di Kalangan Pers Mahasiswa Banten

19/12/2023
Perjumpaan Memperkuat Penerimaan Keberagaman di Kalangan Muda

Perjumpaan Memperkuat Penerimaan Keberagaman di Kalangan Muda

29/03/2023
Next Post
Sakdiyah Ma’ruf: Saya Memilih Jalan Humor, bukan Jalan Pedang

Sakdiyah Ma'ruf: Saya Memilih Jalan Humor, bukan Jalan Pedang

Please login to join discussion

Terpopuler

  • “Mama, Aku Lesbian dan Aku tetap Putrimu”

    “Mama, Aku Lesbian dan Aku tetap Putrimu”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Gereja Pertama di Indonesia yang Menerima LGBT dengan Terbuka

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Gereja Ortodoks Rusia di Indonesia: Menjumpa dan Menyapa yang Berbeda dengan Cinta

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tersingkir dari Keluarga, Tempat Kerja, hingga Pemakamannya: Nasib Transpuan di Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 7 Alasan Mengapa LGBT Diterima Gereja Ini

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Tentang Kami

Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (SEJUK) didirikan tahun 2008 oleh para jurnalis dari berbagai media mainstream, aktivis hak asasi manusia (HAM), dialog antar-iman dan penulis.

Hubungi Kami

Kontak

Karir

  • Facebook
  • Instagram
  • Twitter
  • TikTok
  • YouTube

Community Guidelines

Kontributor

Pedoman Media Siber

© 2020 Serikat Jurnalis untuk Keberagaman

No Result
View All Result
  • Isu
    • Agama
    • Disabilitas
    • Gender dan Seksual
    • Etnis
  • Liputan Kolaborasi
    • 2023
    • 2022
    • 2021
    • <2020
  • Panduan Jurnalis
  • Kontributor
  • English
  • Agenda
  • Galeri

© 2020 Serikat Jurnalis untuk Keberagaman

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In