Selasa, Juli 1, 2025
  • Login
SUBSCRIBE
SEJUK
No Result
View All Result
  • Isu
    • Agama
    • Disabilitas
    • Gender dan Seksual
    • Etnis
  • Liputan Kolaborasi
    • 2023
    • 2022
    • 2021
    • <2020
  • Panduan Jurnalis
  • Kontributor
  • English
  • Agenda
  • Galeri
  • Isu
    • Agama
    • Disabilitas
    • Gender dan Seksual
    • Etnis
  • Liputan Kolaborasi
    • 2023
    • 2022
    • 2021
    • <2020
  • Panduan Jurnalis
  • Kontributor
  • English
  • Agenda
  • Galeri
No Result
View All Result
SEJUK
No Result
View All Result
Home Editorial

Meluruskan salah kaprah LGBT dari Barat

by Redaksi
23/08/2022
in Editorial
Reading Time: 3min read
God is Miraculous in Creating LGBT People
Share on FacebookShare on Twitter

Kini semakin benderang, gender dan seksualitas di Indonesia tak lepas dari kekang kekuasaan.

Polemik dikeluarkannya mahasiswa yang mengidentifikasi diri sebagai gender netral oleh Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar, Dr. Muh. Hasrul, dari kegiatan Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru (PKKMB), berujung pada penerbitan Surat Edaran (SE) Sekretaris Daerah Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) tentang Pencegahan Penyebarluasan Paham, Pemikiran dan Sikap Prilaku yang Mendukung LGBT di Lingkungan Kampus, Sekolah dan Madrasah, pada 22 Agustus 2022.

Padahal, jika saja mau jujur untuk mengenal “bissu” yang netral gender, andai juga bisa rendah hati belajar menerima betapa bissu sudah ada dalam praktik adat dan kebudayaan Bugis kuno hingga hari ini, seharusnya kita tak perlu mencemooh dan menuduh diskursus keberagaman gender dan seksualitas atau sexual orientations, gender identities, gender expressions and sex characteristics (SOGIESC) “membebek” Barat.

Ketahuilah, di sekitar abad ke-13 sampai 15 tercatat realitas bissu, yang hingga sekarang masih eksis di Bone dan Pangkep, dalam epos sureq I La Galigo. Maka, tuduhan lesbian, gay, biseksual, transgender, queer (LGBTQ) di Indonesia dipengaruhi Barat semata fitnah yang menyembunyikan fakta bahwa dalam budaya Bugis ada 5 gender, termasuk calabai, calalai, dan bissu yang mengakar jauh sebelum Islam dan Kristen berkembang, apalagi Barat yang baru belakangan menjajah.

Mitologi Si Dua Jambar tentang transgender yang dimuliakan etnis Batak menunjukkan memori masyarakat adat tentang transgender, gender dan seksualitas yang beragam, sudah lama hidup di tanah air.

Bissu dari Bone, Puang Matoa Ancu (berdiri kedua dari kiri), dan dari Pangkep, Bissu Eka (berdiri kelima dari kiri) saat bersama SEJUK dan komunitas-komunitas marginal dari Sulsel saat kunjungan media di Tribun Timur (15/8/2022)

Belum lagi tari gandrung Banyuwangi, lengger Banyumas, seudati Aceh, warok dan gemblak pada reog Ponorogo, masri Makassar, dan sebagainya yang kerap melibatkan penari homoseksual maupun transgender. Tidak satu pun dari seluruh seni dan tradisi di atas yang dipengaruhi Barat.

“Seni pertunjukan kadang melibatkan pemeran yang menjalankan perilaku homoseksual, seperti pada tari seudati di Aceh, yang diiringi puisi religius dengan tema homoerotisme,” ungkap Dede Oetomo dalam “Seksualitas dalam Pengaturan Negara” (Prisma 7, Juli 1991).

Pada tulisan tersebut aktivis gay pendiri GAYa NUSANTARA memaparkan praktik atau tradisi dan kesenian yang terhampar di nusantara banyak yang melibatkan warga berorientasi homoseksual.

Menghormati keberagaman gender dan seksualitas atau mendorong prinsip SOGIESC bukan meniru Barat. Sekali lagi ini soal kejujuran yang hilang karena intervensi kekuasaan.

Dede Oetomo (kedua dari kiri) saat bersama SEJUK kunjungan ke kantor Jawa Pos di Surabaya

Keberagaman gender dan seksualitas sudah ada sejak manusia beranak-pinak di bumi. Tak usah kaget, di Timur Tengah, bukan Barat, melainkan di masa khilafah ada khalifah-khalifah (lelaki) yang mencintai transgender. Fakta tersebut diuraikan dalam “Mengenai Khalifah yang Gay” oleh Dr. KH. Nadirsyah Hosen (nadirhosen.net, 2019).

Gus Nadir, sapaan akrabnya, mengungkap bahwa Khalifah al-Watsiq bin al-Mu’tashim Billah mencintai budak lelakinya, Khalifah al-Amin bin Harun ar-Rasyid mempunyai hubungan istimewa dengan kasim (pria yang dikebiri) istana, dan Khalifah al-Walid bin Yazid bin Abdul Malik yang menjalankan praktik homoseksual. Ketiganya disebut sebagai gay oleh Gus Nadir.

Tentu, boleh bersemangat menyampaikan argumen dan gagasan menentang gender netral ataupun bersikap fobia homoseksual dan transgender, juga anti-queer, tetapi kalau untuk mencemooh dan merendahkan yang berbeda pandangan hanya akan mematikan diskusi, dan yang hadir kemudian caci-maki!

SE Pemprov Sulsel sebagaimana disebutkan di atas bernuansa diskriminatif bagi eksistensi dan ekspresi warga maupun komunitas lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) di dunia Pendidikan wilayah Sulsel. Semangat dan perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) Republik Indonesia yang ke-77 tercemari sikap, perilaku, dan kebijakan yang tidak inklusif. Institusi pendidikan dan lembaga pemerintahan mengabaikan keputusan otoritas kesehatan yang kredibel seperti WHO, Pedoman Pengelolaan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) III Kementerian Kesehatan RI maupun basis riset dan ilmu pengetahuan dan medis lainnya.

Sangat jelas, PPDGJ III menegaskan lesbian, gay, dan biseksual masuk dalam klasifikasi perilaku yang berhubungan dengan perkembangan dan orientasi seksual. LGBT bukan penyimpangan.

Yuk, hargai fakta keberagaman gender dan seksualitas di sekitar kita! Jika tak bisa berempati, cukup dengan tidak merendahkan, sebaliknya sama-sama memberi ruang yang setara agar tak satu pun hak warga yang ditindas karena pilihan, pandangan, identitas, maupun ekspresi yang berbeda.[]

Tags: #Bissu#Calabai#Calalai#DedeOetomo#Gender#LGBT#NadirsyahHosen#Seksualitas
Previous Post

Membangun Jurnalisme Ramah Kelompok Rentan: Undangan Workshop Mahasiswa di Lampung dan Sekitarnya

Next Post

Menghidupkan Toleransi dan Keadilan di Kalangan Gen Z: Beasiswa Kelas Literasi Damai

Redaksi

Redaksi

Journalists Association for Diversity (SEJUK) is an organization formed by journalists, activists, and writers to encourage the creation of society, with the support of the mass media, to respects, protects, and maintains diversity as part of the defense of human rights. SEJUK actively promotes perspectives of pluralism, human rights, gender, and diversity of sexuality to revive peaceful journalism. The aim is to spread issues of diversity in religion/belief, ethnicity, gender, and sexual orientation as well as other minority groups.

Related Posts

Ringkasan Eksekutif Perencanaan Strategis Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (SEJUK)

Ringkasan Eksekutif Perencanaan Strategis Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (SEJUK)

10/09/2024
Tenggelamnya Suara Minoritas Agama oleh Berisik Kampanye Capres-Cawapres

Tenggelamnya Suara Minoritas Agama oleh Berisik Kampanye Capres-Cawapres

07/12/2023
Next Post
245 Kasus Intoleransi di Indonesia Dalam Setahun

Menghidupkan Toleransi dan Keadilan di Kalangan Gen Z: Beasiswa Kelas Literasi Damai

Please login to join discussion

Terpopuler

  • “Mama, Aku Lesbian dan Aku tetap Putrimu”

    “Mama, Aku Lesbian dan Aku tetap Putrimu”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Gereja Pertama di Indonesia yang Menerima LGBT dengan Terbuka

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Gereja Ortodoks Rusia di Indonesia: Menjumpa dan Menyapa yang Berbeda dengan Cinta

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 7 Alasan Mengapa LGBT Diterima Gereja Ini

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Elisheva Wiriaatmadja, Contoh Penganut Judaisme yang Terbuka di Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Tentang Kami

Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (SEJUK) didirikan tahun 2008 oleh para jurnalis dari berbagai media mainstream, aktivis hak asasi manusia (HAM), dialog antar-iman dan penulis.

Hubungi Kami

Kontak

Karir

  • Facebook
  • Instagram
  • Twitter
  • TikTok
  • YouTube

Community Guidelines

Kontributor

Pedoman Media Siber

© 2020 Serikat Jurnalis untuk Keberagaman

No Result
View All Result
  • Isu
    • Agama
    • Disabilitas
    • Gender dan Seksual
    • Etnis
  • Liputan Kolaborasi
    • 2023
    • 2022
    • 2021
    • <2020
  • Panduan Jurnalis
  • Kontributor
  • English
  • Agenda
  • Galeri

© 2020 Serikat Jurnalis untuk Keberagaman

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In