Mataram, 02/07/2011-
Sudah lima (5) tahun sejak jamaah Ahmadiyah dari berbagai daerah di NTB menempati penampungan transito di wilayah Majeluk, Mataram, ternyata masih banyak kesimpang-siuran yang terjadi di masyarakat mengenai ajaran Ahmadiyah yang telah ditetapkan sebagai aliran sesat oleh MUI dalam fatwanya yang dikeluarkan tahun 2005. Kenyataannya, tidak banyak hal yang berbeda dari keyakinan para pemeluk Ahmadiyah di Indonesia ini dengan ajaran dalam Islam mainstream.
Merdu suara adzan Ashar sore itu mensenyapkan sejenak para jamaah Ahmadiyah yang sedang asyik melayani obrolan para crew SEJUK. Tak ada yang berbeda dari lafadz adzan tersebut. Hanya saja suara itu tak dikumandangkan melalui pengeras suara masjid, melainkan dari sebuah ruangan kosong di gedung penampungan transmigran NTB yang kini beralih fungsi menjadi salah satu tempat pengungsian Jamaah Ahmadiyah Pulau Lombok atau yang biasa dikenal dengan Transito.
Syahadat para pemeluk Ahmadiyah yang selama ini dilansir banyak pihak berbeda dengan syahadat yang diakui penganut agama Islam mainstream ternyata hanyalah sebuah isapan jempol belaka. Ullah, seorang pemeluk Ahmadiyah yang baru menduduki bangku SMP ini bahkan dengan lancarnya mengatakan bahwa tidak ada yang berbeda dari syahadat mereka.
Bila siswa yang bersekolah di SMP 4 Majeluk ini mengatakan hal tersebut dengan malu-malu dan polosnya, maka pernyataannya tersebut dibenarkan oleh Basyirudin Aziz selaku Pembina Ahmadiyah Transito dengan lantang.