Rabu, Juli 2, 2025
  • Login
SUBSCRIBE
SEJUK
No Result
View All Result
  • Isu
    • Agama
    • Disabilitas
    • Gender dan Seksual
    • Etnis
  • Liputan Kolaborasi
    • 2023
    • 2022
    • 2021
    • <2020
  • Panduan Jurnalis
  • Kontributor
  • English
  • Agenda
  • Galeri
  • Isu
    • Agama
    • Disabilitas
    • Gender dan Seksual
    • Etnis
  • Liputan Kolaborasi
    • 2023
    • 2022
    • 2021
    • <2020
  • Panduan Jurnalis
  • Kontributor
  • English
  • Agenda
  • Galeri
No Result
View All Result
SEJUK
No Result
View All Result
Home Uncategorized

“Semoga Presiden Baru Bisa Mengakhiri Penderitaan Kami”

by Redaksi
23/07/2014
in Uncategorized
Reading Time: 2min read
“Semoga Presiden Baru Bisa Mengakhiri Penderitaan Kami”
Share on FacebookShare on Twitter

 

SIDOARJO, KOMPAS.com — Komisi Pemilihan Umum (KPU) hari ini akan mengumumkan pemenang kursi presiden ketujuh Republik Indonesia. Belum final memang. Sebab, yang akan menduduki kursi itu masih perlu menunggu proses hingga sang pemenang benar-benar mengucapkan sumpah jabatan di depan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR).

Meski begitu, masyarakat sudah menaruh harapan besar, terutama masyarakat yang terusir, seperti warga Syiah asal Sampang. Juga masyarakat korban semburan Lumpur Lapindo, yang hak-haknya belum terbayar hingga bertahun-tahun.

Mereka berharap presiden baru bisa menjadi seorang Ratu Adil. Mereka merindukan lahirnya kebijakan sekaligus kebijaksanaan yang bisa menjamin hak-hak mereka.

“Harapan kami tidak muluk-muluk. Kami ingin menjadi warga negara normal. Bisa kembali hidup bersama di rumah dan kampung kami sendiri,” tutur Ustaz Iklil Al-Milal, warga Syiah, saat ditemui di pengungsian, Rumah Susun (Rusun) Pasar Puspa Agro Jemundo, Sidoarjo, Senin (21/7/2014).

Di rumah penampungan itu, Iklil hidup bersama sekitar 300 warga Syiah lainnya. Mereka terpaksa meninggalkan kampung halaman di Dusun Nangkernang, Desa Karang Gayam, Kecamatan Omben.

Seingat Iklil, mereka sudah dua tahun hidup serba terbatas di pengungsian Jemundo. Tepatnya sejak Agustus 2012. Status sebagai pengungsi sudah mereka sandang jauh sebelum boyongan ke Sidoarjo.

Tempat pertama mereka berlindung setelah kampung mereka diserang kelompok lain adalah  GOR Sampang. Selama delapan bulan, mereka hidup di penampungan yang disediakan pemerintah setempat.

Namun, di pengungsian di tanah kelahiran mereka ini, ternyata aparatur negara tidak bisa menjamin. Alih-alih menjamin mereka balik ke kampung halaman, menjamin keselamatan di pengungsian saja sulit mereka wujudkan.

Alhasil, mereka pun menerima tawaran mengungsi keluar, jauh dari jangkauan kelompok penyerang, tetapi jauh dari tanah kelahirannya.

Mereka pun menjadi penghuni rusun yang sebenarnya disediakan buat pedagang pasar Puspa Agro. Di sana mereka bercampur dengan imigran dari Timur Tengah.

Sejak hidup di pengungsian, berbagai usaha mereka lakukan agar bisa kembali ke kampung halaman. Mereka tetap berharap kepada aparat negara, mulai dari pemerintah kabupaten, provinsi, hingga pusat.

Terakhir mereka bersambat kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Mereka mengirim delegasi dengan bersepeda onthel (pancal) menuju Jakarta.

Suara mereka memang sempat didengar. Presiden SBY turun ke Jawa Timur. Bahkan, Pemprov Jawa Timur membentuk tim rekonsiliasi yang bertugas mempersatukan kelompok Syiah ini dengan para pengusirnya.

Namun, kabar upaya itu itu menghilang pelan-pelan. Yang tersisa tetaplah kabar duka warga Syiah di pengasingan, termasuk kabar pengalaman mereka pertama kali mengikuti pesta demokrasi di pengasingan.

“Alhamdulillah kita semua bisa memilih (dalam pilpres lalu),” ujar Umi Kalsum, istri Tajul Muluk, pemimpin jemaah Syiah Sampang.

Kini, seperti warga umumnya, warga Syiah menanti pengumuman siapa presiden baru, yang akan diumumkan KPU, Selasa (22/1/2014) hari ini.

“Kami sangat berharap presiden baru mendengar suara kami dan bisa mengakhiri penderitaan,” tutur Umi.

Hidup di pengungsian membuat kehidupan mereka serba susah. Warga yang mayoritas petani desa itu kehilangan mata pencaharian.

Mereka tidak memiliki keahlian untuk mendapatkan ekonomi yang lebih baik. Mayoritas mereka, kini menjadi buruh di Pasar Puspa Agro, yang masih satu kompleks dengan rusun. (ben/idl)

 

Sumber: http://indonesiasatu.kompas.com/read/2014/07/22/11271281/semoga.presiden.baru.bisa.mengakhiri.penderitaan.kami?utm_source=WP&utm_medium=box&utm_campaign=Kknwp

Previous Post

Gerakan Masyarakat Sipil untuk Perdamaian Israel – Palestina

Next Post

Syariat untuk Non-Muslim [1]

Redaksi

Redaksi

Journalists Association for Diversity (SEJUK) is an organization formed by journalists, activists, and writers to encourage the creation of society, with the support of the mass media, to respects, protects, and maintains diversity as part of the defense of human rights. SEJUK actively promotes perspectives of pluralism, human rights, gender, and diversity of sexuality to revive peaceful journalism. The aim is to spread issues of diversity in religion/belief, ethnicity, gender, and sexual orientation as well as other minority groups.

Related Posts

Ngober: Ngonten Keberagaman

Ngober: Ngonten Keberagaman

28/11/2024
Transgender

DOSA DAN NERAKA BUKAN URUSAN NEGARA: TRANSGENDER ISA ZEGA UMRAH BERJILBAB TIDAK BISA DIPENJARA

26/11/2024
God is Miraculous in Creating LGBT People

Pernyataan Sikap KOMPAKS: Menyikapi Pernyataan Sekretaris Jenderal Dewan Ketahanan Nasional (Wantannas) Bahwa LGBTQ adalah Ancaman Negara

21/11/2024
Gadis Kretek

Review Gadis Kretek: Kisah Cinta Dasiyah Memang Menyedihkan, Namun Peristiwa 1965 yang Menghancurkan Hidupnya

13/11/2023
Next Post
Syariat untuk Non-Muslim [1]

Syariat untuk Non-Muslim [1]

Please login to join discussion

Terpopuler

  • “Mama, Aku Lesbian dan Aku tetap Putrimu”

    “Mama, Aku Lesbian dan Aku tetap Putrimu”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Gereja Pertama di Indonesia yang Menerima LGBT dengan Terbuka

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Gereja Ortodoks Rusia di Indonesia: Menjumpa dan Menyapa yang Berbeda dengan Cinta

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 7 Alasan Mengapa LGBT Diterima Gereja Ini

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Elisheva Wiriaatmadja, Contoh Penganut Judaisme yang Terbuka di Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Tentang Kami

Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (SEJUK) didirikan tahun 2008 oleh para jurnalis dari berbagai media mainstream, aktivis hak asasi manusia (HAM), dialog antar-iman dan penulis.

Hubungi Kami

Kontak

Karir

  • Facebook
  • Instagram
  • Twitter
  • TikTok
  • YouTube

Community Guidelines

Kontributor

Pedoman Media Siber

© 2020 Serikat Jurnalis untuk Keberagaman

No Result
View All Result
  • Isu
    • Agama
    • Disabilitas
    • Gender dan Seksual
    • Etnis
  • Liputan Kolaborasi
    • 2023
    • 2022
    • 2021
    • <2020
  • Panduan Jurnalis
  • Kontributor
  • English
  • Agenda
  • Galeri

© 2020 Serikat Jurnalis untuk Keberagaman

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In