Kongres Ulama Perempuan Indonesia, Cirebon 25/4/2017 (Dok. Thowik SEJUK)
Siaran Pers: Seruan Ulama Perempuan dari Istiqlal
HINDARI POLITISASI IDENTITAS
Jakarta, 1 Maret 2018
Sejumlah perwakilan Ulama Perempuan Indonesia menyampaikan seruan moral kebangsaan di Masjid Istiqlal Jakarta, 1 Maret 2018. Hadir dalam konferensi pers penyampaian seruan kepada publik antara lain, Nyai Hj. Badriyah Fayumi, Pengasuh Pondok Pesantren Mahasina Bekasi yang juga Ketua Alimaat Indonesia, Nyai Hindun Annisah Pengasuh Pondok Pesantren Hasyim Asyari, Jepara, dan Nyai Yulianti Muthmainnah Pengurus PP Aisyiah. Perwakilan datang dari Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, NTB, Sumatera Barat, dan Sulawesi Selatan.
Seruan yang berisi 5 point pada intinya mendorong kepada semua pihak untuk menjaga kemajemukan Republik Indonesia dengan menghindari praktik-praktik buruk dalam kontestasi politik seperti politisasi identitas, hoax dan ujaran kebencian yang dapat merusak kohesi sosial bangsa. Demikian seruan yang dibacakan oleh Yulianti Muthmainnah dan Hindun Annisah.
Badriyah Fayumi mengungkapkan bahwa inisiatif seruan moral ini adalah representasi kegelisahan ulama-ulama perempuan di seluruh Indonesia, yang berkhidmat di pesantren, majelis taklim, dan forum-forum pendidikan keagamaan lainnya. “Jaringan Ulama Perempuan memiliki kegelisahan yang sama, karena itu acara seruan moral ini juga akan simultan diikuti oleh jaringan ulama perempuan se Indonesia, yang semakin solid sejak Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) pertama digelar pada April 2017 lalu.” Demikian Fayumi menambahkan.
Ulama perempuan memiliki kekhasan dalam berdakwah. Selain penuh kesejukan, mempersatukan, tidak membakar dan berorientasi Rahmatan Lil Alamin. Ada 4 prinsip dakwah ulama perempuan yakni, keislaman, kebangsaan, kemanusiaan, dan kesemestaan. Ini sesuai hakikat Islam yang menjadi rahmat bagi semesta.
Dari kiri ke kanan: Badriyah Fayumi, Hindun Anisah, dan Yulianti Muthmainnah dalam konferensi pers di Mesjid Istiqlal Jakarta (Dok. Istimewa: 1/3/2018)
Berikut adalah seruan Jaringan Ulama Perempuan Indonesia, yang telah menyelenggarakan Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) yang pertama, pada 25-27 April 2017 di Pondok Pesantren Kebon Jambu al-Islamy Cirebon, yang ditujukan kepada:
1. Para kontestan Pilkada, Pileg dan Pilpres, tim sukses, para pendukung dan simpatisan agar menempatkan persaudaraan dan persatuan bangsa di atas kepentingan politik pragmatis dan tidak menyalahgunakan agama bagi tujuan primordial dan sesaat.
2. Pemerintah dan aparat penegak hukum agar melakukan penegakan aturan dan hukum yang tegas, adil dan transparan kepada siapapun yang melakukan tindakan kejahatan dan segala upaya pemecah belah persatuan bangsa. Aparat juga diharapkan meningkatkan pencegahan tindak kekerasan bersama komponen masyarakat dengan memastikan efektifitas sistem pengaturan, penjagaan, pengawalan, dan patroli yg diindikasikan rawan tindakan kekerasan.
3. Para tokoh masyarakat, tokoh agama, dan organisasi masyarakat agar mengutamakan pendidikan publik untuk memperkuat persaudaraan dan persatuan bangsa di atas kepentingan kelompok, serta bergandeng tangan untuk menjaga rumah ibadah dari upaya pecah-belah persatuan bangsa.
4. Seluruh umat beragama dan anak bangsa Indonesia agar merawat tradisi dan kearifan lokal yang dimiliki bangsa Indonesia dan terbukti menjadi perekat persaudaraan dan pengikat harmoni sosial di akar rumput masyarakat Indonesia, misalnya tradisi silaturrahim yang terlembaga dalam berbagai ruang perjumpaan kultural seperti kumpulan RT/RW, majlis taklim, arisan keluarga, perkumpulan alumni, komunitas hobby, tradisi pulang kampung dan saling kunjung di hari raya, dan acara-acara keagamaan dan upacara adat yang mendukung kohesi sosial bangsa Indonesia.
5. Seluruh komponen bangsa, tertuama tokoh masyarakat dan gerakan civil society agar lebih intensif membangun ruang-ruang perjumpaan antar-organisasi, perkumpulan dan komunitas lintas latar belakang melalui organisasi payung, federasi, kaukus, aliansi dan lain-lain agar selain menjadi forum yang mengusung cita-cita dan kepentingan bersama sebagaimana sudah menjadi tradisi yang mapan selama ini. Ruang perjumpaan ini telah menjadi ciri khas negeri tercinta ini, dan perlu ditradisikan terus menerus dan secara sadar oleh semua elemen bangsa. []