Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Yogyakarta Shinta Maharani sangat menyesalkan banyaknya pemberitaan yang mengglorifikasi kebencian dan permusuhan terhadap kelompok-kelompok minoritas.
Media siber, terutama, dalam memberitakan minoritas keyakinan atau agama, gender dan seksualitas lebih mengejar sensasi. Mereka, menurut Shinta, justru memberikan banyak ruang kepada pihak-pihak yang mempunyai kekuasaan.
“Bukan saja kelompok minoritas atau korban kurang dapat ruang, beritanya pun menghakimi, menstigma dan melanggengkan stereotipe,” ungkap Shinta di hadapan 20 jurnalis wilayah Yogyakarta dan Jawa Tengah yang tengah mengikuti Workshop dan Story Grant Ciptakan Media Inklusif untuk Semua, kerja sama Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (SEJUK) dengan AJI Yogyakarta (9/10).
Karena itu, koresponden Tempo ini mengajak para jurnalis untuk tetap memberitakan isu-isu keberagaman yang selama ini dianggap sensitif, sehingga kerap dihindari, dengan mematuhi kaidah jurnalistik dan bersetia pada panduan media siber.
Jurnalis senior yang duduk di Majelis Etik AJI Indonesia Bambang Muryanto turut memberi penekanan pada dampak-dampak pemberitaan isu agama atau keyakinan yang kerap memicu aksi-aksi persekusi seperti pernah dialami para pengikut eks-Gafatar. Seperti telah banyak diberitakan, sedikitnya 1,120-an warga eks-Gafatar diserang dan diusir dari Mempawah, Kalimantan Barat. Sekitar 8.000 jiwa eks-Gafatar harus lari dari Pulau Kalimantan.
Tragedi kemanusiaan yang terjadi 2016 lalu itu, lanjut Bambang, bermula dari pemberitaan media-media di Yogyakarta yang menyudutkan eks-Gafatar tentang hilangnya dokter Rica yang diisukan diculik tanpa melakukan verifikasi. Setelah itu stigma-stigma terhadap eks-Gafatar memenuhi pemberitaan yang hanya mengutip aparat dan pejabat pemerintahan.
Padahal, bagi mantan Ketua AJI Kota Yogyakarta ini, dalam memberitakan konflik atau kasus-kasus intoleransi dan diskriminasi, bahkan netral saja tidak cukup.
“Jurnalis tidak boleh berdiam diri. Harus memihak pada kebenaran dan nilai-nilai kemanusiaan, menjaga kebinekaan, dan melakukan pengawasan untuk menagih tanggung jawab negara,” tegas Bambang.
Rangkaian workshop dan story grant jurnalisme keberagaman yang didukung Kedutaan Norwegia ini menghadirkan pula narasumber-narasumber lainnya dari SEJUK yang mendiskusikan: tema kebebasan dan demokrasi oleh Manager Program Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC) Saidiman Ahmad, hak asasi manusia dalam lingkup beragama atau berkeyakinan dan berekspresi oleh Deputy Director Human Rights Working Group (HRWG) Daniel Awigra, dan panduan meliput keberagaman oleh Executive Producer Kompas TV Budhi Kurniawan.
Dalam kegiatan yang digelar pada 8-10 Oktober 2021 di bilangan Malioboro Yogyakarta ini dibangun ruang-ruang dialog yang melibatkan perwakilan transpuan yang bergiat di Pondok Pesantren Waria Al-Fatah dan Yayasan Kebaya Yogyakarta, Bunda Rully; pendamping pekerja seks perempuan yang aktif di komunitas Arum Dalu Sehat (ADS) dan organisasi perubahan sosial Indonesia (OPSI) Nia Viviawati; dan Majelis Rohani Baha’i Yogyakarta Rika Aminah Sijaya.
Di penghujung kegiatan, proses coaching story grant atas proposal-proposal liputan yang diajukan para peserta dipimpin langsung Shinta Maharani dan Budhi Kurniawan. Setiap proposal liputan yang diteruskan dalam program story grant SEJUK mendapat beasiswa terbatas masing-masing Rp7.000.00.
Berikut adalah 8 proposal yang ditetapkan menerima story grant:
1. Diskriminasi Pendidikan Penghayat Kepercayaan di Magelang – Ika Fitriana, Kompas.com
2. Lengger Lanang di Banyumas – Rudal Afgani Dirgantara, Liputan6.com
3. Melihat Klinik Kesehatan Milik Ahmadiyah di Gunung Kidul – Anugerah Ayu Sendari, Liputan6.com
4. Akses Difabel pada Praktik Sekolah Inklusi di Jogja – Lugas Subarkah, Harian Jogja
5. Panggung Seni Tradisi Satukan Masyarakat dan Transpuan di Kalijambe, Sragen – Ika Yuniati, Solo Pos
6. Susahnya Mendirikan Gereja di Kota Semarang – Jamal Abdun Nashr, Tempo
7. Syiah dan Kehidupan Toleransi di Jepara – Umar Husain, 5news.id
8. Vaksinasi dan Perjuangan Transpuan dengan HIV/AIDS saat Pandemi di Solo – Mahardini Nur Afifah, Kompas.com
Workshop dan story grant ini difasilitasi Tantowi Anwari dan Yuni Pulungan (Manager Program SEJUK). []