Masih segar dalam ingatan publik tentang pelarangan Bissu menjalankan ritual rutin di gelaran Hari Jadi Bone ke-692 (2022). Sebelumnya terjadi pembubaran Pekan Olah raga dan Seni (Porseni) Waria-Bissu se-Sulawesi Selatan (Sulsel) di Soppeng (2017). Di tahun yang sama terbit Surat Edaran Sekretaris Daerah Pemerintah Provinsi Sulsel tentang bahaya dan pelarangan Syiah (2017). Hal tersebut adalah beberapa praktik diskriminasi yang dialami kelompok minoritas oleh masing-masing pemerintah di wilayah kota dan kabupaten di Sulsel.
Di penghujung 2021 Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Makassar melaporkan bahwa kekerasan terhadap perempuan, terutama kekerasan seksual, adalah jumlah terbanyak yang mereka tangani ketimbang kasus-kasus lainnya.
Tantangannya, banyak media di daerah yang tidak sensitif dan cenderung menyudutkan dalam memberitakan kelompok korban dan minoritas. Pembuatan judul clickbait, penggunaan diksi yang sensasional, pemilihan narasumber yang provokatif, dan tone pemberitaan yang menyuburkan stigma terhadap kelompok minoritas menjadi dosa-dosa media.
Mengacu analisis konten pemberitaan yang dilakukan Remotivi yang bekerja sama dengan Intrernational Media Support (IMS) terhadap media daring dan televisi (Komunitas Agama Marginal dalam Media di Indonesia: Sebuah Kajian Awal, 2021) maupun riset UNTAR-SEJUK-Kemenristekdikti (2017-2019), keduanya sama-sama menyimpulkan bahwa liputan isu keberagaman tidak banyak mewakili suara-suara kelompok rentan.
Media lebih memberi tempat bagi narasumber elit seperti para pejabat, aparat, dan tokoh agama yang mewakili organisasi-organisasi keagamaan dari kelompok mayoritas. Pemberitaan media daring dalam isu keberagaman cenderung menjadikan kelompok minoritas sebagai objek, dengan mengedepankan sensasi.
Their Story: Riset Media Memandang Keragaman Gender Dan Seksual Non-normatif “LGBT” (Konde.co bekerja sama dengan USAID & Internews, 2022) secara umum menyebut bahwa mayoritas media cenderung melihat peristiwa yang menimpa LGBT semata sebagai peristiwa kriminal dan belum melihat sebagai isu diskriminasi. Media juga masih melakukan marginalisasi terhadap komunitas gender dan seksualitas non-normatif, komunitas LGBT dengan pemilihan diksi yang berkonotasi negatif dan pemilihan narasumber yang terbatas pada otoritas resmi.
Dengan mempertimbangkan seluruh tantangan di atas, maka Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (SEJUK) bekerja sama dengan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Makassar dan didukung Norwegian Embassy berikhtiar untuk mendorong pengembangan dan penyebarluasan jurnalisme keberagaman yang mengampanyekan prinsip-prinsip kebebasan beragama atau berkeyakinan, kebebasan berekspresi, dan semangat inklusi lainnya di kalangan jurnalis Sulsel. Training dan beasiswa peliputan keberagaman menjadi ajang untuk bersama kalangan jurnalis di Sulsel dalam menciptakan masyarakat yang lebih toleran dan pemerintah daerah yang inklusif di tengah realitas yang beragam.

Nama Kegiatan
Workshop & Story Grant Jurnalisme Keberagaman: Media sebagai Ruang Aman Kelompok Marginal di Sulawesi Selatan.
Tujuan
Mengembangkan dan menyebarluaskan pemahaman kebebasan beragama dan berekspresi melalui kerja-kerja jurnalistik.
Capaian
- Tumbuhnya kesadaran bersama tentang pentingnya penghargaan terhadap prinsip-prinsip kebebasan beragama atau berkeyakinan dan kebebasan berekspresi;
- Berkembang dan meluasnya pemahaman kebebasan beragama atau berkeyakinan dan berekspresi lewat kerja-kerja jurnalistik;
- Tergambar pola maupun peta media dan jurnalis di daerah dalam memberitakan isu keberagaman;
- Terkuatkan fungsi watchdog media atau jurnalis dalam menuntut negara melindungi segenap warga di tengah fakta keberagaman;
- Tumbuhnya kesadaran pentingnya media atau jurnalis menjalankan fungsi edukasi perihal penghargaan terhadap keberagaman berbasis SARA dalam pemberitaannya;
- Tergeraknya media dan jurnalis dalam memberitakan isu kebebasan beragama dan berekspresi melalui stimulus beasiswa terbatas program story grant;
- Tepublikasikannya karya-karya jurnalistik yang ramah terhadap keberagaman;
- Terbangun jaringan jurnalis yang ramah dan menghormati kebinekaan dan prinsip kebebasan beragama.
Pelaksanaan, alur, dan ketentuan kegiatan
- Bentuk kegiatan yang akan digelar adalah workshop dan story grant.
- Penyelenggaraan workshop akan dipungkasi dengan proposal coaching sebagai bagian dari story grant.
- Proses story grant selanjutnya: liputan dan produksi.
Untuk terlibat dalam kegiatan SEJUK ini, berikut adalah ketentuan dan langkah-langkahnya:
Tema Liputan
Story grant bertema kebebasan beragama dan berekspresi melingkupi isu agama atau kepercayaan, etnis, disabilitas, gender, dan seksualitas.
Syarat
- Jurnalis yang berminat belajar bersama jurnalisme keberagaman serta konsep HAM, kebebasan beragama atau berkeyakinan, dan kebebasan berekspresi.
- Berdomisili atau bertugas di wilayah Sulsel.
- Bersedia mengikuti rangkaian kegiatan mulai dari workshop, coaching proposal, dan menyelesaikan story grant.
- Melengkapi dokumen pendaftaran berupa proposal liputan, biodata dan kartu pers.
- Proposal liputan melingkupi: Judul, Angle, Latar Persoalan (maksimal 250 kata), Pesan Liputan (maksimal 100 kata), Daftar Narasumber Kunci.
- Mengirimkan surat kesediaan media untuk mempublikasikan hasil liputan.

Ketentuan
- Sebanyak 20 peserta terpilih akan mendapatkan pelatihan jurnalisme keberagaman dan coaching proposal.
- Sebanyak 8 peserta terpilih akan mendapatkan beasiswa untuk menyelesaikan liputan sebesar masing-masing Rp7.000.000.
- Waktu liputan hingga penerbitan dilakukan paling lama sebulan sejak coaching dan menerima pendampingan dari mentor secara online.
- Seluruh peserta yang lolos untuk mengikuti pelatihan harus mengirimkan bukti rapid test antigen dengan hasil negatif (biaya rapid test akan diganti panitia).
Jadwal Kegiatan
- Penutupan pendaftaran: 23 Mei 2022
- Peserta workshop terpilih akan diumumkan pada 26 Mei 2022
- Workshop: 3-5 Juni 2022
- Coaching proposal: 4 Juni 2022
- Pengumuman peraih story grant: 9 Juni 2022
- Liputan dan asistensi: 9 Juni–8 Agustus 2022
- Penyerahan bukti tayang paling lambat: 8 Agustus 2022
Pendaftaran
Untuk mendaftar sila ke: bit.ly/daftarjurnalisulsel2022
Pengumuman peserta terseleksi akan dipublikasikan di Sejuk.org, IG: @kabarsejuk2008.
Waktu dan Tempat
Penyelenggaraan workshop dan coaching proposal (story grant) pada 3-5 Juni 2022 di Sulawesi Selatan.
Lokasi persis workshop dan coaching proposal (story grant) akan diinformasikan langsung kepada peserta yang lolos mengikuti kegiatan.
Kepesertaan
Yang terlibat dalam workshop & story grant adalah jurnalis aktif yang tinggal di wilayah Sulawesi Selatan yang sebelumnya tidak pernah mengikuti kegiatan serupa yang digelar oleh SEJUK. Jumlah peserta yang tergabung dalam kegiatan ini 20 orang.
Panitia menanggung transportasi dan akomodasi peserta Workshop & Story Grant Jurnalisme Keberagaman: Media sebagai Ruang Aman Kelompok Marginal di Sulawesi Selatan. Hand sanitizer dan masker untuk peserta disediakan panitia.
Informasi lebih lanjut hubungi IG: @kabarsejuk, FB: Sejuk atau Twitter @KabarSEJUK.
Penyelenggara
Penyelenggaraan workshop ini dilakukan oleh SEJUK bekerja sama dengan AJI Makassar dan didukung oleh Norwegian Embassy.
Penutup
Demikian undangan sekaligus kerangka acuan Workshop & Story Grant Jurnalisme Keberagaman: Media sebagai Ruang Aman Kelompok Marginal di Sulawesi Selatan. Atas perhatian dan kerja sama Anda sekalian, kami mengucapkan terima kasih.
Jakarta, 29 April 2022
Hormat kami,
Ahmad Junaidi Direktur SEJUK