Stigma dan pengucilan terhadap tarian Lengger Lanang semakin meminggirkan kesenian tradisi yang hidup, tumbuh, dan digandrungi di Banyumas Raya dan wilayah sekitar Jawa Tengah lainnya seperti di Wonosobo. Hal ini, tampaknya, berbarengan dengan resistensi masyarakat Indonesia terhadap minoritas gender dan seksualitas atau kalangan lesbian, gay, biseksual, transgender, interseks, queer, dan seterusnya (LGBTIQ+).
Menurut temuan penelitian Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) yang dihimpun sejak 2016 sampai 2022, komunis atau Partai Komunis Indonesia (PKI) dan LGBT adalah dua kelompok di Indonesia yang paling tidak disukai oleh publik negeri Bhinneka Tunggal Ika ini.
Lengger lanang turut dikucilkan, meskipun sudah terjadi sejak lama, setidaknya sejak maestro lengger lanang Banyumas Rianto kecil.
Namun begitu, selalu ada upaya-upaya untuk melestarikan dan mengembangkan lengger lanang yang kini pentas hingga ke dunia internasional. Long live Lengger Lanang!!!