Sabtu, Juli 12, 2025
  • Login
SUBSCRIBE
SEJUK
No Result
View All Result
  • Isu
    • Agama
    • Disabilitas
    • Gender dan Seksual
    • Etnis
  • Liputan Kolaborasi
    • 2023
    • 2022
    • 2021
    • <2020
  • Panduan Jurnalis
  • Kontributor
  • English
  • Agenda
  • Galeri
  • Isu
    • Agama
    • Disabilitas
    • Gender dan Seksual
    • Etnis
  • Liputan Kolaborasi
    • 2023
    • 2022
    • 2021
    • <2020
  • Panduan Jurnalis
  • Kontributor
  • English
  • Agenda
  • Galeri
No Result
View All Result
SEJUK
No Result
View All Result
Home Liputan Media

Ekspresi Keberagaman Penari Lokal, Nasional hingga Internasional Tampil di Hari Pertama Bisik Serayu Festival 2024

by Thowik SEJUK
07/09/2024
in Liputan Media
Reading Time: 3min read
Ekspresi Keberagaman Penari Lokal, Nasional hingga Internasional Tampil di Hari Pertama Bisik Serayu Festival 2024
Share on FacebookShare on Twitter

Sedekah Serayu dengan menabur benih ikan, melepas anak-anak bebek ke perairan Serayu, dan menanam bibit pohon di pinggiran sungai, menjadi pengantar sebelum Bisik Serayu Festival 2024 dibuka oleh Pj Bupati Banyumas Hanung Cahyo Saputro.

Festival bertema “Budaya di Sudut Serayu” yang diselenggarakan pada 6-8 September 2024 ini menghadirkan ekspresi-ekspresi artistik yang beragam seputar manusia, alam, dan spiritualitasnya yang terasa membius para penonton hingga akhir pertunjukan hari pertama, Jumat malam (6/9), dengan tepuk tangan panjang para penonton terhadap setiap penampil.

Selain tari, berbagai pertunjukan dari siang hingga malam pertama festival menyuguhkan musik, performance art, dan fashion show. Jumat sore digelar diskusi dengan judul “Kebudayaan di Pojok Serayu” dipandu Andy F. Noya.

Pj Bupati Banyumas mengapresiasi festival yang diinisiasi Rianto Dance Studio dan Teras Serayu, yang menitikberatkan pada eksplorasi kearifan lokal lewat seni dan budaya yang diharapkan mampu mengedukasi masyarakat agar senantiasa melestarikan lingkungan.

“Festival Bisik Serayu ini bukan hanya menguri-uri budaya, tetapi juga nguri-uri persoalan lingkungan,” ujar Hanung yang turut berharap agar lengger menjadi warisan budaya dunia, yang diakui oleh UNESCO.

Sebagai inisiator festival, maestro lengger Banyumas Rianto menjelaskan bahwa Bisik Serayu Festival 2024 ini untuk menghidupkan kesadaran publik pada mendesaknya menjaga ekologi yang ada di aliran Sungai Serayu.

“Penting sekali mengajak masyarakat bersama-sama memberi perhatian dan penggalian kembali mengenai pengaruh Sungai Serayu terhadap pendidikan dan perkembangan kebudayaan yang ada dan terus berkembang di seputar dan sepanjang aliran sungai dari Wonosobo, Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas, hingga Cilacap,” ujar Rianto.

Suasana para penonton yang berdesak di belakang atas saat penampilan lengger Banyumas dalam Bisik Serayu Festival 2024 (6/9)

Karena itu, lanjut Rianto, Bisik Serayu Festival 2024 melibatkan seniman-seniman lokal, nasional, hingga mancanegara yang menghadirkan karya-karya terbaik berkaitan dengan kemenyatuan manusia dan alam di sekitarnya demi kehidupan yang harmoni dan lestari. Kombinasi tari tradisional dan kontemporer yang di antaranya lewat laku spiritual, menyulap Desa Kaliori di Banyumas menjadi tuan rumah gelaran karya-karya lokal dan dunia.

Dua karya kolaborasi tari Umbul Donga dan performance art yang melibatkan penari dan seniman-seniman nasional, seperti koreografer Elly D. Luthan dan Kang Lawe, dengan koreografer berdarah Irlandia Alfira O’Sullivan melaui gerak-geraknya yang magis dan spiritualis mampu menyeret emosi para penonton.

Sementara, dua penampilan butoh oleh 3 penari Jepang, Mutsumi, Neiro, dan Minoru Hidoshima tak kalah mendapat perhatian para penonton. Begitupun ketiga penari dari negeri matahari terbit ini tampak menyerap antusiasme seluruh penonton yang menikmati penampilan mereka.

“Kami mencoba mengekspresikan perihal semesta lewat gerak tubuh,” ujar Neiro usai tampil, yang tampaknya sengaja tidak secara gambang menjelaskan makna dan pesan dari penampilannya bersama Mutsumi.

Neiro dan para penari butoh lainnya melakukan lawatan tarian teatrikal, yang puitik yang lahir di Jepang tahun 1950-an ini, dari Yogyakarta, Banyumas, dan Sumatera Barat.

“Gerakan (tarian butoh Neiro dan Mutsumi) ini seperti puisi,” kata Neiro sekaligus mengungkapkan rasa bahagianya dapat tampil malam itu di Bisik Serayu Festival 2024.

Neiro dan Mutsumi menampilkan butoh dalam Bisik Serayu Festival 2024 di Banyumas (6/9)

Penampilan pamungkas Jumat malam oleh Ari Rudenko keluaran Program Doktoral ISI Surakarta, yang berasal dari Amerika. Ari bersama 7 penari Indonesia lainnya menyumbang koreografi insting purba yang spontan, liar, sekaligus harmonis dari binatang sejenis unggas, burung, dengan penuh energi.

Untuk itu, Rianto kembali mengajak publik dan para jurnalis yang berada di sekitar Banyumas untuk meramaikan festival yang pertama kali digelar di tahun ini yang berlokasi di Joglo Gayatri, Rianto Dance Studio, di Desa Kaliori, Kalibagor, Banyumas.

“Sabtu, 7 September 2024, Bisik Serayu Festival akan diawali dengan sesi diskusi dengan tema ‘Ngudarasa Budaya dan Ekosistem Sungai Serayu,’ kemudian dilanjutkan dengan penampilan tarian, baik tradisional maupun kontemporer, oleh penari-penari lokal dan mancanegara,” kata Rianto.[]

Tags: #BisikSerayuFestival#BisikSerayuFestival2024#Butoh#Lengger#LenggerBanyumas#Rianto
Previous Post

Merayakan Pride Month Merayakan Diri Sendiri

Next Post

Maestro Lengger Lanang Banyumas Rianto Cemas pada Budaya yang Tanggalkan Keselarasan Alam

Thowik SEJUK

Thowik SEJUK

Related Posts

Komunitas Kreatif Dukung Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan

Komunitas Kreatif Dukung Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan

19/11/2024
Maestro Lengger Lanang Banyumas Rianto Cemas pada Budaya yang Tanggalkan Keselarasan Alam

Maestro Lengger Lanang Banyumas Rianto Cemas pada Budaya yang Tanggalkan Keselarasan Alam

08/09/2024
Ketua Dewan Pers: Jurnalis Indonesia Tidak Boleh Membangun Prasangka Diskriminatif

Ketua Dewan Pers: Jurnalis Indonesia Tidak Boleh Membangun Prasangka Diskriminatif

24/07/2023
Suarakan Kelompok Rentan Adalah Tanggung Jawab Media

Undangan Workshop & Story Grant Jurnalisme Keberagaman: Media sebagai Ruang Aman Kelompok Marginal di Jawa Tengah

29/04/2022
Next Post
Maestro Lengger Lanang Banyumas Rianto Cemas pada Budaya yang Tanggalkan Keselarasan Alam

Maestro Lengger Lanang Banyumas Rianto Cemas pada Budaya yang Tanggalkan Keselarasan Alam

Please login to join discussion

Terpopuler

  • “Mama, Aku Lesbian dan Aku tetap Putrimu”

    “Mama, Aku Lesbian dan Aku tetap Putrimu”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Gereja Pertama di Indonesia yang Menerima LGBT dengan Terbuka

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pendidikan Multikultur Kalbar: Siswa Toleran Beda Budaya [1]

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memperjuangkan Akses yang Setara untuk Perempuan Disabilitas lewat Anggaran yang Inklusif

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tersingkir dari Keluarga, Tempat Kerja, hingga Pemakamannya: Nasib Transpuan di Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Tentang Kami

Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (SEJUK) didirikan tahun 2008 oleh para jurnalis dari berbagai media mainstream, aktivis hak asasi manusia (HAM), dialog antar-iman dan penulis.

Hubungi Kami

Kontak

Karir

  • Facebook
  • Instagram
  • Twitter
  • TikTok
  • YouTube

Community Guidelines

Kontributor

Pedoman Media Siber

© 2020 Serikat Jurnalis untuk Keberagaman

No Result
View All Result
  • Isu
    • Agama
    • Disabilitas
    • Gender dan Seksual
    • Etnis
  • Liputan Kolaborasi
    • 2023
    • 2022
    • 2021
    • <2020
  • Panduan Jurnalis
  • Kontributor
  • English
  • Agenda
  • Galeri

© 2020 Serikat Jurnalis untuk Keberagaman

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In