Rabu, Juli 2, 2025
  • Login
SUBSCRIBE
SEJUK
No Result
View All Result
  • Isu
    • Agama
    • Disabilitas
    • Gender dan Seksual
    • Etnis
  • Liputan Kolaborasi
    • 2023
    • 2022
    • 2021
    • <2020
  • Panduan Jurnalis
  • Kontributor
  • English
  • Agenda
  • Galeri
  • Isu
    • Agama
    • Disabilitas
    • Gender dan Seksual
    • Etnis
  • Liputan Kolaborasi
    • 2023
    • 2022
    • 2021
    • <2020
  • Panduan Jurnalis
  • Kontributor
  • English
  • Agenda
  • Galeri
No Result
View All Result
SEJUK
No Result
View All Result
Home Uncategorized

Kepemimpinan perempuan Indonesia untuk dunia yang lebih toleran

by Redaksi
30/01/2018
in Uncategorized
Reading Time: 2min read
Kepemimpinan perempuan Indonesia untuk dunia yang lebih toleran
Share on FacebookShare on Twitter

Upaya pengarusutamaan gender dan pemberdayaan perempuan merupakan agenda strategis dalam upaya penguatan toleransi dan perdamaian di tengah menguatnya radikalisme.

Hal ini ditegaskan Direktur Wahid Foundation Yenny Wahid dalam peluncuran hasil Survei Nasional “Tren Toleransi Sosial-Keagamaan di Kalangan Muslim Indonesia dan Halaqah Perempuan untuk Perdamaian” di bilangan Kuningan, Jakarta Selatan (29/1/2018), yang juga dihadiri Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia Puan Maharani, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Yembesie dan Ketua UN Women Sabine Machl.

“Tantangan bagi Indonesia bukanlah radikalisme melainkan intoleransi, karena intoleransi adalah pintu gerbang dari radikalisme,” ujar putri mantan Presiden RI Abdurrahman Wahid ini.

Pentingnya agenda-agenda menguatkan toleransi saat ini, bagi Yenny, adalah dengan menjadikan perempuan sebagai pemimpin sehingga mampu membuat keputusan-keputusan yang mendorong pada perdamaian. Karena itu pula penting di mulai dari otonomi dalam diri perempuan atau tingkat kemampuan perempuan mengambil keputusan tertentu dalam hidupnya sendiri.

Survei nasional kerjasama Wahid Foundation dengan UN Women yang dilakukan Lembaga Survei Indonesia (LSI) menunjukkan 68,0% perempuan dari 50% responden menyatakan bahwa mereka telah memilih atas pilihannya sendiri mengenai isu politik.

“Pencapaian angka ini tentunya cukup memuaskan. Hal ini menandakan semakin banyak perempuan yang kini bangkit dari kursi nyamanya dan mulai berani maju untuk menunjukkan otonomi dirinya atas politik,” ungkap Yenny.

Dikarenakan mayoritas penduduknya adalah Islam, lanjut Yenny, Indonesia menjadi satu-satunya negara yang ditunjuk langsung oleh PBB mewakili negara Islam di dunia untuk membawa perempuan menuju planet 50:50. Selain itu, dari 10 negara Islam, Indonesia dipilih menjadi negara dengan tingkat toleransi perempuan paling tingggi menurut UN Woman.

Hal tersebut dikuatkan temuan survei nasional bahwa perempuan (80,8%) lebih tidak bersedia radikal dibanding laki-laki (76,7%) dan perempuan yang intoleran (55%) lebih sedikit dibanding laki-laki (59,2%). Perempuan (53,3%) juga memiliki lebih sedikit kelompok yang tidak disukai dibanding laki-laki (60,3%).

Sikap perempuan yang tidak bersedia radikal dibanding laki-laki, menurut Yenny, membuat kecenderungan perempuan bersikap toleran lebih besar dalam menciptakan perbaikan mengenai persoalan-persoalan perempuan terkait kesetaraan dan keadilan gender yang kini berkembang pesat di masyarakat.

Pada kesempatan yang sama Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Yembise sebaliknya menyampaikan keprihatinan perempuan di parlemen yang hanya mencapai 17% dari kuota 30%. Budaya patriarki dan pemahaman agama yang melihat perempuan sebagai nomor dua di Indonesia dianggapnya masih tinggi. Sehingga yang menjadi pertayaan besar adalah bagaimana perempuan bisa mengangkat isu perempuan jika keberadaan perempuan sendiri di parlemen masih sangat minim.

Yohana dan kementeriannya menyadari betul peranan ruang komunikasi yang begitu penting untuk memungkinkan segala hal yang dianggap mustahil. Maka, mendorong perempuan aktif dalam politik menjadi tantangan. Sebab, sambung Yohana, jika presentasi perempuan yang menduduki parlemen meningkat, tentunya ruang untuk para perempuan berkomunikasi, menyampaikan aspirasi, dan menyelesaikan berbagai persoalan kesetaraan gender sangat mungkin untuk terselesaikan.

“Jika para perempuan semakin progresif menujukkan dirinya di dunia parlemen, jangankan 30% dari kuota, kita bisa beri kuota yang lebih besar agar perempuan semakin otonom dan berani mengemukakan dirinya” tegas Yohana. []

Penulis: Ladya

Editor: Thowik

 

 

Tags: #Intoleransi#Kepemimpinan#KepemimpinanPerempuan#LembagaSurveiIndonesia#Perempuan#PuanMaharani#Radikalisme#Toleransi#WahidFoundation#YennyWahid#YohanaYembesie
Previous Post

Yenny Wahid: Perempuan Agen Strategis Penguatan Toleransi dan Perdamaian

Next Post

Potret Perempuan Muslim Indonesia: Otonom dan Toleran

Redaksi

Redaksi

Journalists Association for Diversity (SEJUK) is an organization formed by journalists, activists, and writers to encourage the creation of society, with the support of the mass media, to respects, protects, and maintains diversity as part of the defense of human rights. SEJUK actively promotes perspectives of pluralism, human rights, gender, and diversity of sexuality to revive peaceful journalism. The aim is to spread issues of diversity in religion/belief, ethnicity, gender, and sexual orientation as well as other minority groups.

Related Posts

Ngober: Ngonten Keberagaman

Ngober: Ngonten Keberagaman

28/11/2024
Transgender

DOSA DAN NERAKA BUKAN URUSAN NEGARA: TRANSGENDER ISA ZEGA UMRAH BERJILBAB TIDAK BISA DIPENJARA

26/11/2024
God is Miraculous in Creating LGBT People

Pernyataan Sikap KOMPAKS: Menyikapi Pernyataan Sekretaris Jenderal Dewan Ketahanan Nasional (Wantannas) Bahwa LGBTQ adalah Ancaman Negara

21/11/2024
Gadis Kretek

Review Gadis Kretek: Kisah Cinta Dasiyah Memang Menyedihkan, Namun Peristiwa 1965 yang Menghancurkan Hidupnya

13/11/2023
Next Post
Potret Perempuan Muslim Indonesia: Otonom dan Toleran

Potret Perempuan Muslim Indonesia: Otonom dan Toleran

Please login to join discussion

Terpopuler

  • “Mama, Aku Lesbian dan Aku tetap Putrimu”

    “Mama, Aku Lesbian dan Aku tetap Putrimu”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Gereja Pertama di Indonesia yang Menerima LGBT dengan Terbuka

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Gereja Ortodoks Rusia di Indonesia: Menjumpa dan Menyapa yang Berbeda dengan Cinta

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 7 Alasan Mengapa LGBT Diterima Gereja Ini

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Elisheva Wiriaatmadja, Contoh Penganut Judaisme yang Terbuka di Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Tentang Kami

Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (SEJUK) didirikan tahun 2008 oleh para jurnalis dari berbagai media mainstream, aktivis hak asasi manusia (HAM), dialog antar-iman dan penulis.

Hubungi Kami

Kontak

Karir

  • Facebook
  • Instagram
  • Twitter
  • TikTok
  • YouTube

Community Guidelines

Kontributor

Pedoman Media Siber

© 2020 Serikat Jurnalis untuk Keberagaman

No Result
View All Result
  • Isu
    • Agama
    • Disabilitas
    • Gender dan Seksual
    • Etnis
  • Liputan Kolaborasi
    • 2023
    • 2022
    • 2021
    • <2020
  • Panduan Jurnalis
  • Kontributor
  • English
  • Agenda
  • Galeri

© 2020 Serikat Jurnalis untuk Keberagaman

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In