![](https://sejuk.org/wp-content/uploads/2018/01/WhatsApp-Image-2018-01-29-at-16.23.55-1024x682.jpeg)
Jakarta – Survey Wahid Foundation menyebutkan bahwa perempuan Indonesia sudah mandiri dalam menentukan pilihan politiknya.
Sebanyak 53% mayoritas perempuan muslim di Indonesia bersikap otonom dalam mengambil keputusan dalam hidup atas pertimbangan diri sendiri. Walaupun begitu, laki-laki jauh lebih otonom dibanding perempuan muslim (80.2 %). Rata-rata skor otonomi laki-laki 77.7% dan Perempuan 62.3%.
Hal tersebut disampaikan oleh Yenny Wahid, Direktur Wahid Foundation saat menyampaikan Laporan Survei Nasional Tren Toleransi Sosial-Keagamaan di Kalangan Perempuan Muslim Indonesia di Hotel JS. Luwansa, Jakarta. Survey yang dilakukan pada 6 – 27 Oktober 2017 di 34 provinsi di Indonesia. Dengan Jumlah responden survei nasional ini 1500 responden (50% perempuan, 50% laki-laki).
Adapaun indikator yang digunakan adalah dasar pilihan dalam soal jodoh/pasangan hidup (memilih suami atau istri), Bekerja atau tidak bekerja, Pihak yang paling mempengaruhi pandangan keagamaan, dan Menentukan pilihan politik pada setiap pemilihan umum. Otonomi perempuan merupakan tingkat kemampuan perempuan dalam mengambil keputusan tertentu dalam hidup secara mandiri.
Yenni memaparkan bahwa dirinya dibuat penasaran dengan kondisi perempuan sekarang. “Saya penasaran, seperti apa potret intoleransi dan radikalisme di kalangan perempuan? apakah benar perempuan yang dulunya dianggap sebagai objek, sekarang perempuan menjadi peran utama dan aktif menjadi subjek intoleransi?,” ungkap Yenni.
Hasil survei menunjukan, bahwa perempuan merupakan aktor strategis dalam upaya penguatan toleransi dan perdamaian. Mayoritas perempuan dan laki-laki setuju dengan pernyataan bahwa warga negara Indonesia bebas menjalankan agama apapun yang diyakini. Dibanding laki-laki, perempuan yang menyatakan setuju lebih banyak (perempuan 80.7 % ; laki-laki 77.4 %).
Ia menekankan bahwa, penguatan pengarusutamaan gender dan pemberdayaan perempuan sangat penting dan harus menjadi agenda strategis dalam upaya penguatan toleransi dan perdamaian di kalangan perempuan. Hasil survei menunjukan bahwa, 13.9% responden perempuan dan 19.6% responden laki-laki masih bias gender dalam memandang posisi perempuan.
Menurut Yenni, perempuan Indonesia layak untuk diberdayakan sebagai agen perdamaian. 8.6% perempuan Indonesia pro keadilan gender dan progresif. Jumlah tersebut berbeda tipis dengan responden laki-laki, yakni 7% yang pro keadilan gender. Meski demikian, mayoritas laki-laki dan perempuan bersikap moderat terhadap pernyataan bias gender anak laki-laki daripada anak perempuan (perempuan 77.5 % ; laki-laki 73.4 %).