Mengapa penting anak muda merespon fakta tentang tinggi dan meluasnya kasus-kasus intoleransi dan diskriminasi di Indonesia yang mirisnya terus terjadi di masa pandemi? Apa yang bisa dikontribusikan generasi muda untuk memerangi kebencian dan permusuhan terhadap yang berbeda?
Lalu, bagaimana dengan potret anak muda seperti Nurshadrina Khaira Dhania yang ketika usia 16 tahun sudah memboyong seluruh keluarganya jihad ke Suriah? Mengapa pula Mahmudiyah Hibbi Abdurrabi, mahasiswa dari Kalimantan Selatan, menghasut orang-orang untuk menjadi teroris?
Apakah benar kedua anak muda itu korban betapa media sosial menjadi tempat penyemaian dan mobilisasi intoleransi, diskriminasi, dan ujaran-ujaran kebencian bernuansa agama atau keyakinan, etnis, gender dan seksualitas, sehingga anak-anak muda mudah terpapar bahkan terlibat aktif dalam gerakan radikalisme? Seberapa banyak muda-mudi seperti Dhania dan Hibbi di Indonesia?
Laporan Globalwebindex (2019) tentang kecenderungan masyarakat negara-negara di dunia yang paling banyak mengakses media sosial melansir, Indonesia berada di urutan keenam. Laporan ini juga mencatat rata-rata orang Indonesia lebih dari 3 jam dalam setiap harinya mengakses media sosial. Pengguna terbanyak adalah mereka yang berusia 16-24 tahun.
Badai media sosial di kalangan muda Indonesia ini juga telah merenggut banyak korban kriminalisasi bernuansa suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) yang dijerat Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE). Bahkan anak muda korban kekerasan berbasis gender online (KBGO) kecenderungannya terus menanjak dari tahun ke tahun.
Terhadap seluruh realitas di atas, Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (SEJUK) bekerja sama dengan USAID dan Internews mengundang kalangan mahasiswa yang aktif di dunia pers kampus dan media sosial untuk terlibat aktif dalam upaya memperbanyak ruang-ruang yang ramah keberagaman di media. Kali ini SEJUK hendak mengajak kalangan muda di Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur, juga Kalimantan lainnya dan wilayah Nusa Tenggara Timur demi menggali dan memetakan tantangan dan potensinya masing-masing agar tumbuh semangat dan kesadaran bersama untuk menabur nilai-nilai damai dan toleransi di era digital.
Sejarah panjang konflik di Kalimantan Barat menuntut muda-mudi di bumi Borneo untuk lebih kencang menyuarakan perdamaian lintas etnis dan agama atau kepercayaan. Pun begitu dengan keterlibatan kalangan muda dari wilayah Kalimantan Timur dan Kalimantan lainnya sangat diharapkan untuk menciptakan ruang bersama berbagi situasi-situasi keberagaman dengan dinamikanya dan bagaimana meresponnya.
Sementara, pemuda di Nusa Tenggara Timur yang di wilayahnya banyak mempunyai kisah harmoni dan penghargaan yang tinggi terhadap perbedaan agama atau keyakinan, bahkan seksualitas, penting sekali untuk terus memperkuat keberagaman dan lebih banyak lagi membagikan inspirasi damai ke masyarakat Indonesia bagian barat.
Nama Kegiatan
Untuk memungkinkan ikhtiar serta tujuan-tujuan kampanye damai sebagaimana disampaikan sebelumnya dapat tercapai, SEJUK berencana menggelar “Training & Story Grant Anak Muda Suarakan Keberagaman.”
Waktu dan Tempat Kegiatan
Pontianak, 27, 28 Februari dan 1, 2 Maret 2021
Kupang, 2-5 April 2021
Tema Kegiatan
Training & Story Grant Anak Muda Suarakan Keberagaman ini mengambil tema:
– Agama atau kepercayaan
– Etnis dan masyarakat adat
– Gender dan seksualitas
Ketentuan
Bagi kalangan muda yang berniat bergabung dalam kegiatan ini, berikut adalah ketentuan-ketentuan yang perlu diperhatikan:
– 20 peserta mahasiswa terpilih (pers mahasiswa dan aktivis di media sosial) akan mengikuti rangkaian training keberagaman dan sesi coaching proposal/konten media sosial.
– Peserta perempuan atau dari kelompok minoritas agama/keyakinan, etnis, dan seksual sangat didorong terlibat mengikuti training & story grant ini.
– Sebanyak 10 peserta terpilih akan mendapatkan beasiswa menyelesaikan liputan dan konten media sosial sebesar masing-masing Rp.3.000.000 (tiga juta rupiah).
– Seluruh peserta yang lolos mengikuti pelatihan harus mengirimkan bukti rapid test antigen dengan hasil non-reaktif (biaya rapid test diganti panitia).
– Selama proses dan jadwal liputan juga pembuatan konten media sosial, peserta akan menerima pendampingan secara online dari para mentor dan produk story grant harus diterbitkan paling lama sebulan selepas pelaksanaan training.
– Pendaftaran ditutup pada 7 Februari 2021.
– Peserta terpilih akan diumumkan pada 14 Februari 2021.
Persyaratan
Pers Mahasiswa:
– Tercatat sebagai anggota aktif pers mahasiswa wilayah Kalimantan Barat, Kalimantan Timur serta Kalimantan lainnya dan wilayah Nusa Tenggara Timur, minimal anggota tahun kedua yang dibuktikan dengan surat pernyataan LPM.
– CV dengan mencantumkan nomor HP/WA.
– Mengirimkan proposal liputan bertema keberagaman seputar isu agama/keyakinan, etnis, gender, dan seksual.
– Proposal liputan melingkupi:
1. Judul
2. Angle
3. Latar persoalan (maksimal 250 kata)
4. Pesan liputan (maksimal 100 kata)
5. Daftar narasumber kunci (untuk konten media sosial, cantumkan jika ada narasumber)
6. Nama media atau platform/username untuk publikasi karya
– Pernyataan lembaga pers mahasiswa yang memberikan jaminan akan menerbitkan tulisan hasil story grant.
Mahasiswa:
– Mahasiswa di Kalimantan Barat, Kalimantan Timur serta Kalimantan lainnya dan NTT yang tertarik dan aktif menyuarakan isu-isu keberagaman melalui media sosial.
– Menyertakan kartu mahasiswa dan CV yang berisi username akun media sosial beserta nomor HP/WA.
– Mengirimkan proposal perencanaan pembuatan konten media sosial bertema keberagaman seputar isu agama/keyakinan, etnis, keberagaman gender dan seksual. Konten media sosial dapat berupa tulisan, esai foto, video maupun audio.
Pendaftaran
Untuk mengikuti kegiatan ini silakan terlebih dahulu mendaftar ke: bit.ly/Workshoppersma2021
Narahubung
Untuk memperoleh informasi lebih lanjut kegiatan ini silakan hubungi kabarsejuk@gmail.com
***Note: Seluruh rangkaian kegiatan training dilaksanakan sesuai protokol kesehatan.