Apakah budaya menghargai keluarga dan kemanusiaan yang sangat tinggi di Indonesia timur membuat masyarakat di sana cenderung menerima dengan baik realitas gender dan seksualitas yang beragam? Benarkah masyarakat Nusa Tenggara Timur (NTT) yang mayoritas menganut Kristen dan Katolik lebih toleran terhadap keberagaman seksual?
Khalayak Indonesia dan dunia banyak yang tidak tahu betapa penerimaan terhadap keberagaman gender dan seksualitas di NTT sudah dari dulu menjadi praktik sehari-hari. Tetapi, patut disayangkan, yang muncul di media-media di Indonesia terkait LGBTIQ tetap saja pemberitaan dan perbincangan publik yang dominan menentangnya.
Keluarga dan gereja beserta para tokoh agama di NTT sangat menjunjung kehidupan dengan keragamannya. Ketimbang “menyakiti” dan mengucilkan bagian dari keluarganya yang transgender, faktanya tidak sedikit dari mereka justru membanggakannya.
Tengoklah Maumere. Transgender di sana ada yang menjadi pejabat publik. Komunitas transpuan dihormati kreativitasnya karena banyak membantu masyarakat ketika menghadapi dampak pandemi Covid-19. Bahkan, di sana, adalah hal normal dalam sebuah keluarga terdapat lebih dari satu transpuan.
Sayangnya, di media mainstream maupun media sosial, cerita-cerita baik tersebut tenggelam oleh banjir kebencian dan penistaan terhadap ekspresi gender dan orientasi seksual yang berbeda dari kebanyakan orang. Mengapa demikian?
Padahal, dunia tengah dan terus berkembang menjadi lebih humanis. Homofobia, transfobia dan anti-LBGTIQ di Eropa, Kanada, Amerika, Selandia Baru, Australia, dan lainnya menjadi “musuh” dalam olahraga dan kehidupan sehari-hari. Para pemegang otoritas di negara-negara tersebut, termasuk media, sangat getol mempromosikan penghormatan terhadap LGBTIQ, seserius menetapkan sanksi terhadap mereka yang melecehkan martabat warga dengan orientasi seksual yang berbeda.
Mungkinkah kuatnya kecenderungan intoleransi dan diskriminasi terhadap komunitas LGBTIQ di Indonesia dapat dibendung orang muda yang tingkat literasi medianya lebih baik? Bagaimana orang muda memanfaatkan media untuk mempromosikan penghormatan kemanusiaan, terkhusus identitas seksualitas yang beragam?
Terhadap pertanyaan-pertanyaan di atas, SEJUK berikhtiar mengembangkan ruang aman di media bagi eksistensi gender dan seksualitas yang beragam di Indonesia timur. Karena itu, kami mengundang keterlibatan aktif mahasiswa di NTT dalam kegiatan yang memungkinkan praktik-praktik jurnalistik yang lebih ramah dan menghargai keberagaman gender dan seksualitas.
Nama Kegiatan
Training & Story Grant untuk Orang Muda: Jurnalisme sebagai Ruang Aman Keberagaman Gender dan Seksualitas
Waktu dan Tempat
Maumere, 23-26 April 2021
Tema Kegiatan
Jurnalisme Keberagaman seputar Isu Gender dan seksualitas
Ketentuan
Bagi kalangan muda yang hendak bergabung dalam kegiatan ini, berikut adalah ketentuan-ketentuan yang perlu diperhatikan:
– 20 peserta mahasiswa terpilih (pers mahasiswa atau yang aktif di dunia jurnalistik dan aktivis media sosial) akan mengikuti rangkaian training keberagaman dan sesi coaching proposal/konten media sosial.
– Sebanyak 10 peserta terpilih akan mendapatkan beasiswa menyelesaikan liputan dan konten media sosial sebesar masing-masing Rp3.000.000.
– Seluruh peserta yang lolos mengikuti pelatihan harus mengirimkan bukti rapid test antigen dengan hasil non-reaktif (biaya rapid test diganti panitia).
– Selama proses dan jadwal liputan maupun pembuatan konten media sosial, peserta akan menerima pendampingan secara online dari para mentor dan harus diterbitkan paling lama sebulan selepas pelaksanaan training.
– Pendaftaran ditutup 11 April 2021.
– Peserta terpilih akan diumumkan pada 14 April 2021
Persyaratan
Pers Mahasiswa:
– Tercatat sebagai anggota aktif pers mahasiswa wilayah Kalimantan Barat dan Nusa Tenggara Timur, minimal anggota tahun kedua yang dibuktikan dengan surat pernyataan LPM.
– CV dengan mencantumkan nomor HP/WA.
– Mengirimkan proposal liputan bertema keberagaman gender dan seksualitas.
– Pernyataan Lembaga Pers Mahasiswa yang memberikan jaminan akan menerbitkan tulisan hasil fellowship.
Mahasiswa:
– Mahasiswa yang tertarik dan aktif menyuarakan isu-isu keberagaman melalui media sosial, media kampus, media mainstream atau media alternative lainnya.
– Menyertakan kartu mahasiswa dan CV yang berisi username akun media sosial beserta nomor HP/WA.
– Mengirimkan proposal liputan atau perencanaan pembuatan konten media sosial bertema keberagaman seputar isu keberagaman gender dan seksualitas. Konten media sosial dapat berupa tulisan, essai foto, video maupun audio.
Proposal dibuat singkat dengan melingkupi:
- Judul
- Angle (ingin menjawab atau merespon persoalan apa?)
- Latar permasalahan (maksimal 250 kata atau antara 2 sampai 3 kalimat)
- Pesan (maksimal 100 kata)
- Daftar narasumber kunci untuk peliputan (untuk konten media sosial, cantumkan jika ada narasumber)
Pendaftaran
Untuk dapat mengikuti kegiatan ini sila daftar ke: bit.ly/persmamaumere
Narahubung
Untuk memperoleh informasi lebih lanjut kegiatan ini sila hubungi kabarsejuk@gmail.com
***Note: Seluruh rangkaian kegiatan training dilaksanakan sesuai protokol kesehatan yang berlaku.